Arcandra Harapkan Smelter Amman Mineral Rampung Akhir 2022

Arief Kamaludin (Katadata)
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menargetkan pembangunan smelter PT Amman Mineral Nusa Tenggara selesai pada 2022.
9/8/2019, 19.44 WIB

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menargetkan pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) bisa rampung pada 2022. Arcandra pun meminta agar AMNT segera menyerahkan detail rencana pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian dengan target per tahapan masing-masing selama enam bulan.

Permintaan tersebut disampaikan Arcandra dalam kunjungan kerja ke Wilayah Pertambangan Batu Hijau di Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang dioperasikan oleh AMNT pada Jumat (8/8). "Perusahaan ini merupakan salah satu pioneer pelaksanaan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2017 dan produk hukum turunannya. Salah satunya ditandai dengan ditargetkannya pengoperasian smelter paling telat 2022," ujar Arcandra seperti dikutip berdasarkan keterangan tertulis, Jumat (9/8).

AMNT pun berkomitmen untuk menyelesaikan pembangunan fasilitas pengolahan dan permurnian dalam jangka waktu lima tahun, sesuai ketentuan dalam PP Nomor satu Tahun 2017. AMNT melalui perusahaan afiliasinya, yaitu PT Amman Mineral Industri (PT. AMIN) menjadwalkan keputusan investasi final (FID) dan finalisasi Front End Engineering Design (FEED) bisa selesai pada tahun ini. Dengan begitu, AMNT dapat memulai tahap konstruksi (EPC) pembangunan fasilitas pemurnian konsentrat tembaga yang mencakup fasilitas pemurnian logam mulia (precious metal refinery).

Fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral AMNT rencananya berkapasitas input sebesar 1 juta ton per tahun dan dapat ditingkatkan hingga 1,6 juta atau 2 juta ton per tahun. Kapasitas tersebut dapat memproses konsentrat baik dari tambang Batu Hijau, maupun suplai potensial dari tambang Elang yang saat ini dalam tahap eksplorasi, serta sumber pemasok konsentrat lainnya.

(Baca: Amman Buka Peluang Gandeng Mitra Bangun Smelter di Sumbawa)

Sesuai Rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) tahun 2019 yang diajukan oleh AMNT, kegiatan eksplorasi tahun ini berupa pemetaan seluas 2.000 Ha dan pengeboran sebanyak 57.600 meter dengan menggunakan 10 mesin bor. Secara detail, pemetaan di Blok Batu Hijau mencapai 1.000 Ha dengan pengeboran 1.200 meter, pemetaan Blok Elang seluas 500 Ha dengan pengeboran 53,900 meter untuk melanjutkan program pengeboran tahun 2018, di Blok Rinti pemetaan 500 Ha dan pengeboran 2.500 meter. Amman juga akan melakukan studi geoteknik, hidrogeologi dan metalurgi.

Selain itu, kegiatan pengupasan batuan penutup akan dilakukan seluruhnya di fase 7 dengan jumlah direncanakan sebesar 206,16 juta ton. Adapun penambangan bijih ditargetkan mencapai 630 ribu ton.

Untuk melakukan kegiatan tersebut, AMNT akan merogoh kocek sebesar US$ 1,15 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk biaya operasional mine site sebesar US$ 54,7 juta, peningkatan pengeluaran modal sebesar US$ 43,7 juta, kenaikan biaya eksplorasi dan advanced project sebesar US$ 2,0 juta, yang diofset dengan penurunan biaya non operasional mine site sebesar US$ 46,4 juta.

Dari sisi pemasaran, perusahaan tersebut akan menjual konsentrat sebanyak 373 ribu WMT (atau 339 ribu DMT) dengan rincian 336 ribu WMT untuk ekspor dan 37 ribu untuk domestik. AMNT juga dikabarkan akan melakukan penawaran umum saham perdana (IPO) di pasar modal. Perusahaan tambang emas dan tembaga ini mengincar dana senilai US$ 600 juta dari aksi korporasi ini.

(Baca: Amman Investasi US$ 28 Juta Untuk Eksplorasi di Blok Elang)

Reporter: Verda Nano Setiawan