Terpengaruh Pelemahan Harga CPO, Harga Biodiesel Agustus Turun 2,5%

Arief Kamaludin | Katadata
Biodiesel murni dan campuran solar dengan kadar 10 dan 20 persen.
Editor: Ekarina
1/8/2019, 15.05 WIB

Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan Harga Indeks Bahan Bakar Nabati (BBN) untuk biodiesel periode Agustus 2019 sebesar Rp 6.795 per liter. Harga ini turun Rp 175  atau 2,5% dibandingkan pada Juli sebesar Rp 6.970 per liter.

Besaran HIP BBN itu digunakan dalam rangka pelaksanaan mandatori Biodiesel 20% atau B20 dan berlaku untuk pencampuran minyak solar baik Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu (JBT) maupun Jenis Bahan Bakar Minyak Umum (JBU).

Mengutip laman Ditjen EBTKE, Rabu (31/7), penurunan harga Biodiesel disebabkan oleh penurunan harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/ CPO).

(Baca: Aprobi Sebut Bea Masuk Sawit dari Eropa Ganggu Ekspor Biodiesel )

Harga rata-rata CPO Pemasaran Bersama Nusantara (KPB) periode 15 Juni-14 Juli 2019 sebesar Rp 6.394 per kilogram (kg), atau turun 2,7% dibanding harga rata-rata 15 Mei-14 Juni 2019 sebesar Rp 6.573 per kg.

"Harga tersebut sudah termasuk ongkos angkut yang mengikuti keputusan Menteri ESDM Nomor 91 K/12/DJE/2019."

Adapun harga indeks pasar (HIP) Biodiesel enam bulan pertama 2019 terus berfluktuasi. Pada Januari 2019 HIP biodiesel tercatat sebesar Rp 6.371 per liter, Februari Rp 7.015 per liter, Maret Rp 7.403 per liter, April Rp 7.387, Mei Rp 7.348 dan Juni Rp 6.977 per liter.

(Baca: Indonesia Tolak Rencana Bea Masuk Anti-Subsidi Biodiesel Uni Eropa)

Sedangkan untuk harga bioetanol pada Agustus 2019 sebesar Rp. 10.200 per liter, turun  0,5% atau Rp 55 dibandingkan pada bulan sebelumnya yaitu Rp 10.255 per liter. Ini berdasarkan Harga Tetes Tebu KPB rata-rata 15 Agustus 2018-14 Juli 2019 sebesar Rp 1.614 per kg.

Adapun perhitungannya, Harga Tetes Tebu KPB rata-rata periode tiga bulan x 1,125 kg per liter + US$ 0,25 per liter. Penurunan harga bioetanol pada bulan ini lebih disebabkan oleh perbedaan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Reporter: Fariha Sulmaihati