PT Pertamina (Persero) jadi sorotan karena capaian lifting migas yang kurang memuaskan di sejumlah blok migas yang dikelola perusahaan plat merat tersebut. Lifting paling jeblok terjadi di Blok Mahakam dengan capaian lifting gas hanya 61% dan minyak hanya 85% dari target APBN 2019.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, rendahnya lifting migas Blok Mahakam karena terjadi penurunan produksi secara alami (decline rate). Selain itu, upaya Pertamina untuk menjaga produksi Blok Mahakam juga terganjal masalah pengeboran sumur.
Salah satu masalahnya adalah sulitnya Pertamina mendapatkan rig untuk melakukan pengeboran di Blok Mahakam. Nicke mengatakan, dari target 188 sumur yang akan dikerjakan tahun ini, Pertamina baru mampu melakukan pengeboran sepertiga dari target atau sekitar 40 sumur.
"Ketersediaan rig di dalam negeri untuk melakukan pengeboran sumur ternyata agak sulit. Sehingga butuh waktu yang cukup panjang untuk melakukan proses pengadaannya karena harus mengundang pihak-pihak baru untuk ikut dalam tender rig,"kata Nicke ketika ditemui di Gedung DPR/MPR pada Selasa (14/5).
Selain itu, Nicke bilang masalah cuaca juga mempengaruhi kegiatan hulu migas di Blok Mahakam. Menurutnya, kondisi cuaca di awal tahun 2019 masih kurang bagus.
Nicke juga beralasan penurunan produksi Blok mahakam terjadi karena hasil pengeboran sumur-sumur baru di area too low shallow lebih rendah dari yang diperkirakan. "Ini kita sadari karakteristik dari hulu. Tapi kita lakukan dengan percepatan 118 sumur dan tambah construction rig sehingga nanti well-connection-nya akan lebih cepat," ujar Nicke.
(Baca: SKK Migas: Produksi Blok Terminasi Menurun, Terutama di Blok Mahakam )
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat produksi minyak dan kondensat Blok Mahakam hingga April 2019 sebesar 37.519 barel per hari (barrel oil per day/bopd). Sementara lifting minyak sebesar 42.717 bpop dari target 50.400 bopd.
Sedangkan lifting gas Blok Mahakam per akhir April 2019 hanya mencapai 667 mmscfd dari target 1.100 mmscfd. Sementara produksi gas Blok Mahakam tercatat sebesar 725 mmscfd.
Pada Desember 2015, Pertamina menandatangani kontrak Production Sharing Contract (PSC) Blok Mahakam. Namun Pertamina secara resmi baru mengelola Blok Mahakam sejak 1 Januari 2018.
Pada Agustus 2016, Pertamina menandatangani perjanjian alih kelola dengan Total EP Indonesia selaku operator Blok Mahakam saat itu untuk mulaiberinvestasi di Blok Mahakam sebelum kontrak berlaku secara resmi. Pertamina pun mulai mengebor sumur di blok Mahakam sejak Agustus 2017. Kala itu, Pertamina berencana mengebor 14 hingga 15 sumur di blok Mahakam selama tahun 2017 di lapangan Tunu, Tambora, dan Handil dengan investasi sebesar US$160 juta.
Pada 2018, Pertamina mengalokasikan dana sebesar US$ 1,7 miliar untuk capital expenditure (capex) dan operating expenditure (opex) di Blok Mahakam. Dana tersebut digunakan untuk mengebor 63 sumur dan perawatan sumur sebanyak 6.423 kegiatan.
Pada tahun ini, Pertamina mengalokasikan dana untuk capex dan opex di Blok Mahakam sebesar US$ 1,8 miliar. Dana tersebut digunakan untuk pengeboran 118 sumur.
(Baca: Pertahankan Produksi, Pertamina Targetkan Decline Rate 0% Blok Mahakam)