Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) menargetkan uji coba atau road test penggunaan bahan bakar nabati kelapa sawit untuk campuran solar sebesar 30% atau B30 bisa rampung pada Oktober 2019. Dengan rampungnya proses tersebut, implementasi B30 diharapkan bisa tercapai pada 2020.
"B30 diharapkan selesai Oktober. Sekarang uji jalan sedang dilakukan dengan mengikutsertakan Ditjen Migas, BPPT, Gaikindo, ITB, Pertamina dan kami sendiri," kata Ketua Harian Aprobi Paulus Tjakrawan di Jakarta, Selasa (16/4).
Paulus mengatakan sejauh ini Aprobi sudah melakukan uji jalan sejauh 40 ribu kilometer untuk memastikan penggunaan dan pengaruh biodiesel terhadap stabilisasi kendaraan.
(Baca: Tes Jalan Biodiesel 30 Ditargetkan Mulai Bulan Depan)
Dalam uji coba, penggunaan biofuel akan diuji dampaknya terhadap emisi kendaraan. Selain itu, pihaknya juga akan meihat sejauh mana efisiensi B30 bisa dihasilkan dengan membandingkan penggunaan solar biasa, kemampuan pelumas terhadap bahan bakar dan pengaruhnya terhadap mesin.
Pemanfaatan B30 sudah pernah dilakukan lebih dahulu di sektor pembangkit listrik sejak Januari 2016. "Pemanfaatan biodiesel untuk transportasi sebesar 60%, sisanya pada alat berat, pembangkit dan lainnya," kata Paulus.
Peta jalan penggunaan biodiesel sebelumnya telah diatur dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 32 Tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan Dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain.
(Baca: Distribusi B20 Sulit Capai Target 100% karena Terhambat di Kalimantan)
Melalui pengembangan B30, Paulus menargetkan penggunaan CPO untuk bahan bakar di dalam negeri bisa mencapai 9 juta kiloliter atau setara dengan 7,8 juta ton sawit. Pada pengembangan B20, serapan CPO ditargetkan sebesar 6,2 juta kiloliter atau setara 5,4 juta ton.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat penyerapan biodiesel di dalam negeri mencapai 1,2 juta ton, yakni 552 ribu ton pada Januari 2019 dan 648 ribu ton pada Februari 2019.