Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menyurati tiga petinggi partainya terkait penyelenggaraan kampanye akbar pasangan calon presiden dan wakilnya nomor 02, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Minggu (7/4).
Surat tersebut ditujukan untuk Ketua Wanhor Partai Demokrat Amir Syamsudin, Waketum Partai Demokrat Syarief Hassan, dan Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan.
Presiden Republik Indonesia ke-6 tersebut menilai, kampanye yang diklaim mendatangkan satu juta pendukung itu tidak inklusif. "Menurut saya, apa yang akan dilakukan dalam kampanye akbar di GBK tersebut tidak lazim dan tidak mencerminkan kampanye nasional yang inklusif," tulis SBY dalam surat yang ditulis kemarin.
(Baca: Prabowo Janji Bawa Pulang Rizieq Shihab Jika Menang)
Penilaian SBY tersebut berawal saat dia menerima set up, run down, dan tampilan fisik kampanye akbar tersebut, pada Sabtu sore. Karena merasa ada yang ganjil, dia pun mencari tahu ke beberapa pihak. Malamnya dia mendapat konfirmasi bahwa acara tersebut memang ekslusif.
Sehubungan dengan itu, SBY meminta kepada ketiga petinggi partai agar memberikan saran kepada Prabowo selaku calon presiden yang diusung Partai Demokrat. Saran tersebut untuk memastikan beberapa hal, yaitu kampanye yang inklusif, mencerminkan kebhinekaan atau kemajemukan.
(Baca: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5%, Prabowo: Ndasmu)
Lalu, ketiga petinggi Partai Demokrat juga diminta untuk memastikan kampanye tersebut tidak menunjukan kekuatan berbasiskan agama, etnis serta kedaerahan, mau pun yang bernuasa ideologi, paham, dan polarisasi politik yang ekstrim.
SBY pun menjelaskan, dirinya tidak suka jika rakyat Indonesia harus dibelah sebagai pro-Pancasila dan pro-Khilafah. "Kalau dalam kampanye ini dibangun polarisasi seperti itu, saya justru khawatir jika bangsa kita nantinya benar-benar terbelah dalam dua kubu yang akan bermusuhan selamanya," katanya.
(Baca: Orasi Kampanye, Prabowo Janji Turunkan Tarif Listrik dalam 100 Hari )
Prabowo bantah mau ubah ideologi negara
Prabowo dalam orasinya di acara Kampanye Akbar pagi tadi, menegaskan isu yang beredar jika ia menjadi presiden maka akan mengubah ideologi bangsa menjadi negara khilafah adalah fitnah. "Fitnah yang kejam. Tapi (fitnah) tidak laku. Rakyat Indonesia tidak akan berpengaruh. Islam kita damai dan menghormati semua agama, suku, etnis. Kita lihat tokoh agama lain, ada di sini," kata Prabowo.
Ketua Divisi Hukum dan Advokasi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean mengatakan rundown acara tersebut seolah-olah terdesain seperti milik umat Islam saja. "Atau bahkan diidentikan dengan khilafah. Jadi, Pak SBY sampaikan supaya acara dibuat se-Indonesia mungkin berbhineka dan NKRI," kata Ferdinand kepada awak media, Minggu (7/4).
(Baca: Kampanye Akbar, Sandiaga Janji Selesaikan Masalah Ekonomi Indonesia)
Juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Suhendra Ratu Prawiranegara mengatakan, maksud dari SBY tersebut baik karena hal itu sifatnya kampanye politik. Jadi, dalam kampanye akbar seharusnya memang tidak ada identitas yang muncul.
Menurut dia, seluruh massa yang hadir di Kampanye Akbar tersebut berasal dari semua golongan dan identitas, berbagai agama, berbagai macam suku di Indonesia. "Jika ini disebut kampanye identitas, saya pribadi menyebutnya adalah identitas Pancasila," katanya.