Pengeluaran Kelas Bawah Naik, Rasio Ketimpangan September 2018 Menurun

Arief Kamaludin|KATADATA
Markonah (45), pengumpul plastik bekas dengan penghasilan harian antara Rp 10 ribu hingga Rp 25 ribu. Saat ini, dia belum mampu menyewa atau membangun rumah sendiri.
Penulis: Michael Reily
Editor: Pingit Aria
15/1/2019, 16.52 WIB

Mengacu pada standar Bank Dunia, pembagian tingkat ketimpangan menjadi 3 kategori, yaitu tingkat ketimpangan tinggi jika distribusi pengeluaran di bawah 12%, kisaran antara 12-17% berarti ketimpangan sedang, serta jika berada di atas 17% berarti ketimpangan rendah.

Catatan BPS pada September 2018, distribusi pengeluaran lapisan terbawah perkotaan berada di angka 16,79% sedangkan lapisan terbawah perdesaan di angka 20,43%. Secara umum, lapisan terbawah berada di posisi 17,22%.

Suhariyanto mengungkapkan, terdapat 9 provinsi dengan rasio gini yang berada di atas ketimpangan pengeluaran secara nasional. Rinciannya adalah D.I. Yogyakarta, Gorontalo, Jawa Barat, Papua, Sulawesi Tenggara, Papua Barat, Nusa Tenggara Barat, DKI Jakarta, serta Sulawesi Selatan.

(Baca: Bantuan Keluarga Harapan Tahap Pertama Cair untuk 9,4 Juta Peserta)

BPS mencatat, ketimpangan masyarakat tertinggi berada di Yogyakarta sebesar 0,422 dan yang paling rendah pada Bangka Belitung dengan capaian 0,272. "Semakin tinggi nilai rasio gini berarti semakin tinggi ketimpangan," ujar Suhariyanto.

Halaman: