Pegiat perkopian berpendapat bahwa penggunaan blockchain untuk menyusun indikasi geografis kopi Indonesia merupakan cara tepat. Teknologi ini tak hanya mampu melakukan penelusuran data dan informasi menyeluruh, tapi juga efisien dari segi waktu.
Wakil Ketua Asosiasi Kopi Spesial Indonesia Daroe Handojo mengatakan, belum dapat disebutkan secara pasti jumlah varian kopi nusantara. PIhaknya memperkirakan terdapat ratusan varian. Kini, indikasi geografis masih minim baru sejumlah 22.
"Dengan kondisi di bisnis perkopian saat ini maka kita harus memanfaatkan teknologi. Blockchain terbilang paling masuk akal. Blockchain ini bisa untuk indikasi geografis kopi kita," ucapnya kepada Katadata.co.id, Rabu (28/11).
Indikasi geografis merupakan suatu tanda untuk mengidentifikasi daerah asal buah kopi. Aspek geografis menghasilkan reputasi, kualitas, bahkan karakter khas bagi masing-masing biji kopi. Hal ini karena faktor alam dan manusia yang berbeda-beda.
(Baca juga: Pemanfaatan Blockchain untuk Sertifikasi Indikasi Geografis Kopi)
Daroe menyatakan, Bengkulu merupakan provinsi pertama di Indonesia yang mulai menelusuri indikasi geografis komoditas kopinya menggunakan blockchain. Penerapan teknologi ini di Bengkulu, imbuhnya, relatif lebih mudah karena pertanian kopi di sana terbilang baru.
Pemetaan indikasi geografis kopi melibatkan berbagai aspek, salah satunya luas area pertanian. Geografis ini terkait dengan indikasi asal sebagai tanda bahwa biji kopi tertentu sudah memenuhi ketentuan dalam indikasi geografis, ini berfungsi menunjukkan asal kopi.
"Daerah lain yang pertanian kopinya sudah lama, sudah memiliki polanya sendiri. Kalau Bengkulu relatif baru. Pemetaan indikasi geografis ini waktunya beda-beda. Dengan teknologi bisa tiga hingga enam bulan atau lebih," tutur Daroe.
(Baca juga: Bekraf Gandeng Pebisnis Kopi untuk Pasarkan Logo "Kopi Indonesia")
Pemanfaatan blockchain untuk indikasi geografis kopi nusantara mendapat dukungan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Kejelasan informasi geografis merupakan bekal untuk meningkatkan nilai jual kopi dan produk turunannya, baik di dalam maupun luar negeri.
Andy Ruswar selaku Kasubdit Pasar Segmen Bisnis dan Pemerintah Deputi Pemasaran Bekraf menyatakan, pihaknya tengah berupaya meningkatkan pemasaran dan distribusi kopi Indonesia ke berbagai negara.
"Ingin perluas ekspor (kopi). Biasanya hanya ekspor ke negara-negara mitra dagang utama, seperti Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa. Ke depan, kami ingin perluas distribusi ke pasar ekspor nontradisional, semisal Afrika dan Tiongkok," kata dia.
(Baca juga: Perluas Pasar Ekspor, Indonesia Perlu Standar Baku Kopi Premium)