Perluas Pasar Ekspor, Indonesia Perlu Standar Baku Kopi Premium

Dini Hariyanti
22 November 2018, 19:50
Kopi Gayo
Junaidi Hanafiah/Anadolu Agency
Perkebunan Kopi Gayo menghadapi masalah produktivitas lahan, yakni hanya menghasilkan sekitar 750 kilogram kopi per hektar. Jauh di bawah perkebunan kopi di Amerika Tengah dan Vietnam yang sudah mencapai 1 ton.

Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) terus mendorong peningkatan nilai tambah kopi dari sekadar komoditas menjadi bagian dari gaya hidup. Tak hanya memenuhi kebutuhan konsumen lokal, distribusi ke luar negeri juga dipacu.

Andy Ruswar selaku Kasubdit Pasar Segmen Bisnis dan Pemerintah Deputi Pemasaran Bekraf mengatakan, kopi yang diekspor haruslah produk premium. Tapi, bukan premium dari sisi cita rasa yang sesuai dengan kesukaan konsumen saja.

"Untuk menentukan kopi premium itu yang seperti apa itu butuh bicara lebih jauh. Varietas kopi mana yang mau diangkat, dan kenapa. Ini harus hati-hati dan argumennya harus kuat," ucapnya kepada Katadata.co.id, di Jakarta, Kamis (22/11).

(Baca juga: Bekraf Gandeng Pebisnis Kopi untuk Pasarkan Logo "Kopi Indonesia"

Andy mengutarakan, beberapa aspek yang menjadi penilaian suatu varian kopi tergolong premium atau tidak ialah aroma, cita rasa, dan aftertaste. Poin lain yang perlu menjadi pertimbangan adalah kualitas sepanjang proses pengolahan kopi.

Negara tujuan ekspor kopi Indonesia yang utama adalah Amerika Serikat (AS). Bekraf mengaku bahwa pemerintah hendak mendalami pasar lain yang tak kalah potensial, seperti Swiss, Perancis, dan Kanada.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...