BPS: Angka Kemiskinan Indonesia Lebih Rendah versi Metode Bank Dunia

Arief Kamaludin|KATADATA
Aktivitas warga di pemukiman padat penduduk Kampung Dao, Jakarta. Upaya pengentasan kemiskinan ekstrem di dunia lebih banyak didorong oleh kawasan Asia Timur dan Pasifik, terutama Cina, Indonesia, dan India.
Penulis: Michael Reily
Editor: Ekarina
1/11/2018, 12.01 WIB

Berdasarkan metode Purchasing Parity Power  milik Bank Dunia, batas miskin yaitu apabila pengeluaran masyarakat  sebesar US$ 1,9. Sehingga, jika Indonesia mengkonversikan penghitungan angka kemiskinan dengan metode tersebut, nilainya masih di atas standar US$ 2,5.

(Baca juga: BPS: Bantuan Pangan Non-Tunai Tekan Angka Kemiskinan di Bawah 10%)

Deputi Bidang Statistik Sosial BPS Margo Yuwono mengungkapkan angka kemiskinan paling parah Indonesia hanya sebesar 4,6% jika menggunakan metode Bank Dunia. Padahal, penghitungan BPS dengan metode BPS pengeluaran dan komoditas garis kemiskinan bisa mencapai 9,6%.

Namun, jika menggunakan metode penghitungan Bank Dunia mengacu pada standar kemiskinan moderat dengan batasan US$ 3,2, maka angka kemiskinan di Indonesia mencapai 24%. "Kami harus menentukan rujukan yang tepat untuk penghitungan angka kemiskinan," kata Margo.

Menurutnya, BPS selalu memperhatikan perkembangan dalam menghitung angka kemiskinan sesuai dengan kajian empiris. Metode penghitungan kemiskinan berdasarkan pengeluaran telah digunakan selama 20 tahun sejak 1998.

Halaman:
Reporter: Michael Reily