PT Pertamina kembali mengincar blok minyak dan gas bumi (migas) yang akan berakhir kontraknya. Salah satunya yaitu Blok Jabung. Langkah tersebut diambil setelah perusahaan pelat merah itu mengantongi izin dari pemerintah untuk mengakses ruang data blok yang ada di darata Jambi ini.
Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ediar Usman mengatakan beberapa waktu lalu Pertamina memang mengajukan permohonan buka data Blok Jabung. Pihaknya pun mempersilakan. “Sudah memberikan izin pembukaan data wilayah kerja Jabung,” kata Ediar kepada Katadata.co.id, Kamis (9/8).
(Baca juga: Sudah Kedaluwarsa, Aturan Hak Kelola Daerah di Blok Migas Perlu Diubah).
Menurutnya, data yang bisa diakses Pertamina itu terdiri dari data geofisika, infrastruktur, serta data lain yang relevan di Blok Jabung. Karena itu, dengan izin itu, Pertamina bisa mengakses data migas langsung dengan PetroChina selaku operator Blok Jabung.
Saat ini, Blok Jabung dioperatori oleh PetroChina International Jabung Ltd dengan hak kelola 27,85 %. Di blok ini Pertamina juga memiliki hak kelola melalui PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Jabung sebesar 14,28 %. Ada juga Petronas Carigali yang menguasai 27,85 % dan PT PP Oil & Gas sebesar 30%. Blok ini habis kontrak pada 26 Februari 2023.
Belakangan, Presiden PetroChina Gong Bencai juga mengungkapkan ingin memperpanjang Blok Jabung. Menurut Gong, perusahaan induknya sudah menyiapkan sejumlah dana agar PetroChina bisa mengakuisisi atau memperpanjang blok-blok migas di Indonesia, termasuk Blok Jabung ini.
(Baca pula: Pertamina Resmi Jadi Operator Baru Blok Sanga-Sanga).
Menurut Gong, perusahaannya tidak masalah dengan skema kontrak baru yang memakai bagi hasil gross split sebagai kebijakan anyar pemerintah. “Gross split ini fleksibel bagi perusahaan kami dalam penggunaan anggaran, dan ini lebih efisien. Jadi kami bisa menyimpan uang,” kata Gong, Rabu (10/1).
Sebagai informasi, belakangan Pertamina juga mendapat izin akses blok terminasi lainnya, yakni Blok Corridor di Sumatera Selatan. Blok ini dikelola oleh ConocoPhilips. Perusahaan asal Amerika Serikat itu mulai mengelola Corridor sejak 2002 setelah mengakuisisi Gulf Resources. Kontrak Blok Corridor berakhir 19 Desember 2023.
Di blok tersebut, ConocoPhilips memiliki hak kelola 54 % dan menjadi operator. Selain itu, ada porsi PT Pertamina sebesar 10 % dan Repsol Energy 36 %. (Baca: Kementerian ESDM Izinkan Pertamina Akses Ruang Data Blok Corridor).