Survei Kompas: Elektabilitas Jokowi Menanjak, Prabowo Makin Merosot

ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Presiden Joko Widodo menggendong seorang anak saat kunjungan kerja di Distrik Agats, Kabupaten Asmat, Papua, Kamis (12/4/2018).
Penulis: Yuliawati
23/4/2018, 11.51 WIB

Survei Litbang Kompas menunjukkan elektabilitas Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengalami tren kenaikan, sementara calon presiden Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto mengalami penurunan. Survei diadakan Litbang Kompas pada 21 Maret-1 April 2018, saat Prabowo belum menerima mandat sebagai calon presiden (capres) di Rapat Koordinasi Nasional Gerindra pada 11 April lalu.

Berdasarkan survei Litbang Kompas, elektabilitas Jokowi pada April 2018 mencapai 55,9% atau terus mengalami kenaikan dibandingkan hasil survei pada Oktober 2017 sebesar 43,6% dan April 2017 (41,6%). Sebaliknya, elektabilitas Prabowo pada April 2018 sebesar 14,1%, atau mengalami penurunan dari survei pada Oktober 2017 (18.2%) dan April 2017 (22,1%).

Seperti halnya Prabowo, beberapa kandidat lain juga mengalami penurunan elektabilitas. Litbang Kompas menyebutkan misalnya mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo memiliki elektabilitas 1,8%, padahal enam bulan sebelumnya elektabilitas mencapai 3,3%.

(Baca juga: Survei SMRC: Belum Ada Lawan Kuat, Elektabilitas Jokowi Terus Naik)

Kenaikan elektabilitas Jokowi terkait dengan kepuasan responden terhadap kinerja pemerintahan. Pada April 2018, kepuasan secara umum terhadap kinerja pemerintah Jokowi-Jusuf Kalla mencapai 72,2%, atau meningkat dibandingkan Oktober 2017 (70,8%) dan April 2017 (63,3%).

Meskipun responden memiliki tingkat kepuasan yang tinggi, survei Litbang Kompas menunjukkan ada dua aspek yang membuat publik tidak puas. Aspek tersebut yakni harga barang kebutuhan pokok dan ketersediaan lapangan pekerjaan.

Dari hasil survei, hanya 42,1% yang menyatakan puas dalam ketersediaan dan harga barang kebutuhan pokok. Sementara dalam persoalan lapangan kerja, hanya 39,8% yang memberikan apresiasi positif.

Litbang Kompas mengadakan survei tatap muka ini kepada 1.200 responden yang berusia di atas 17 tahun, secara periodik pada 21 Maret-1 April 2018. Reponden dipilih secara acak bertingkat di 32 provinsi Indonesia. Tingkat kepercayaan survei ini 95%, margin of error plus minus 2,8% dengan penarikan sampel acak sederhana.

(Baca: Survei CSIS: Kepuasan Publik Pada Jokowi-JK Naik Terus Jadi 68,3%)

Selain survei Litbang Kompas, elektabilitas Jokowi yang unggul ditunjukkan dari survei Cyrus Network pada 27 Maret – 3 April 2018. Survei Cyrus Network menyebutkan elektabilitas Jokowi unggul dengan 58,5%, disusul Prabowo dengan 21,8%, Gatot Nurmantyo 2% dan Hary Tanoesoedibjo 1,1%.

Adapun survei Media Survei Nasional (Median) pada 24 Maret-6 April 2018, menunjukkan elektabilitas Jokowi sebesar 36,2%, dan Prabowo sebagai penantang terkuatnya meraih 20,4%.

Menyusul Gatot Nurmantyo (7%), Jusuf Kalla (4,3%), Anies Baswedan (2%), Muhaimin Iskandar (1,9%), Agus Harimurti Yudhoyono (1,8%), Anis Matta (1,7%), Hary Tanoesoedibjo (1,6%), TGB M Zainul Majdi (1,5%), dan Yusril Ihza Mahendra (1%).

Direktur Eksekutif Media Survei Nasional (Median) Rico Marbun menyebutkan, meski elektabilitas Jokowi paling tinggi dibandingkan yang lain, posisinya belum aman. Dia mengingatkan saat ini Jokowi menghadapi dua isu penting yakni soal persoalan ekonomi dan sentimen dari kelompok Islam, terutama yang menjadi pendukung aksi 212.

"Dua isu itu yang akan terus dimainkan lawan politik, dan Jokowi harus menjawab dengan mengatasi persoalan ekonomi," kata Rico kepada dihubungi Katadata.co.id, beberapa waktu lalu.

Sementara itu terkait isu dengan sentimen dari kelompok 212, Rico menyarankan Jokowi memilih calon wakil presiden yang berasal dari kelompok Islam. "Meski pun sosok itu bukan dari kelompok 212, tapi bisa menjadi penghubung," kata Rico.

(Baca juga: Tantangan Makin Berat, Cawapres Jokowi Diusulkan yang Paham Ekonomi)