Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengkritisi gelar yang Menteri Terbaik Dunia yang didapat oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani. Menurutnya penghargaan tersebut kurang layak, karena kondisi perekonomian Indonesia saat ini masih lemah.
Dia mengatakan lembaga internasional yang memberikan penghargaan tersebut, yakni Ernst and Young hanyalah auditor dan akuntan yang bagus. Namun, lembaga ini tidak mengerti soal makroekonomi sebagai parameter penghargaan tersebut.
"Dengan ekonomi melemah, rakyat semakin tertekan malah dapat penghargaan," kata Rizal usai menjadi pembicara dalam acara diskusi ekonomi di kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional (PAN) di Jakarta, Rabu (14/2).
(Baca: Jokowi Bangga Sri Mulyani Jadi Menteri Terbaik Dunia)
Rizal yang juga pernah menjabat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian ini mengatakan saat ini daya beli masyarakat mengalami penurunan. Di sisi lain, pemerintah malah mengambil kebijakan yang dianggap tidak berpihak kepada masyarakat seperti impor komoditas pangan di saat panen.
Dia mengaku khawatir jika kinerja ekonomi 2018 dan 2019 masih seperti ini, maka masyarakat akan mencari calon Presiden alternatif. Oleh sebab itu dia meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan perubahan secara drastis. "Menurut saya pak Jokowi ada di persimpangan jalan kalau begini terus," ujarnya.
(Baca: Dobrak Jebakan Pertumbuhan 5 %¸ Pemerintah Kembangkan Ekonomi Digital)
Berbeda dengan beberapa ramalan ekonomi, Rizal memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh stagnan di angka 5 persen. Ekonomi yang melambat dan pengetatan yang malah dilakukan pemerintah disebut dia sedikit banyak berpengaruh atas stagnasi ini.
Meski stimulus lewat fiskal sulit, dia menganjurkan agar pemerintah melanjutkan revaluasi aset Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Rizal meyakini jika revaluasi dilakukan menyeluruh, maka BUMN bisa mendapat kenaikan aset sebesar Rp 2.500 triliun. Angka ini disebutnya dapat memacu keuangan perusahaan sehingga dapat berkontribusi dalam membangun dan menumbuhkan ekonomi.
"Hanya saya dan pak Jokowi yang setuju saat itu, Menteri BUMN malah tidak setuju," kata dia merujuk kebijakan yang jadi bagian paket ekonomi itu. (Baca: Jokowi Ingatkan Diplomat Setop Cari Bantuan dari Luar Negeri)
Selain itu dia juga mengkritisi paket ekonomi berjilid-jilid yang dianggap tidak memiliki dampak ekonomi. Padahal saat menjabat Menteri Koordinator Perekonomian, Rizal menilai industri penerbangan di Indonesia dapat maju tanpa paket kebijakan.
"Kita berikan 6 maskapai masuk, akibatnya ada persaingan. Akhirnya jumlah penumpang naik hingga sekarang, biaya penumpang per kilometer turun 60 persen," ujar dia.
Dari sisi perdagangan, Rizal juga mengaku heran mengapa impor dilakukan saat panen berlangsung. Dia bahkan menuding ada pihak yang mencari untung untuk biaya politik. "Oke-lah kalau dia mau cari uang, tapi jangan saat panen," kata dia.