Pemerintah menawarkan kepada Iran untuk menggarap proyek pembangunan kilang minyak di Bontang, Kalimantan Timur. Selain Iran, beberapa negara lain juga menyatakan minatnya. Peluang keterlibatan mitra strategis semakin terbuka karena pemerintah berencana mengubah skema proyek Kilang Bontang.
Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) I.G.N. Wiratmaja Puja menjelaskan, Iran menyatakan berminat membangun kilang minyak baru di Indonesia. Kapasitas produksinya di atas 100 ribu barel per hari, yang pasokan minyaknya langsung dari negara tersebut.
Terkait hal itu, pemerintah menawarkan proyek Kilang Bontang. Selain itu, meminta proposal pembangunan kilang kepada Iran. "Pernyataan minat itu masih akan dibahas lebih lanjut," kata Wiratmaja, seperti dikutip dari situs Ditjen Migas, Rabu (10/8).
Ia menyebut, sejumlah negara lain juga berminat membangun kilang di Indonesia, seperti Kuwait dan Cina. Saat ini, rencana pembangunan kilang Bontang masih dalam tahap penjajakan pasar (market sounding) hingga September mendatang. (Baca: Selain Tuban, Pertamina Tawarkan Rosneft Garap Kilang Lainnya)
Untuk mempercepat pembangunannya, tengah dibahas kemungkinan mengubah skema pembangunannya dari Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) menjadi penugasan langsung pemerintah kepada PT Pertamina (Persero).
Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Dwi Sutjipto mengatakan, pemerintah semula menetapkan pembangunan kilang Bontang dengan skema KPBU. Namun, belakangan pemerintah lebih condong kepada penugasan langsung.
"Bontang sampai saat ini masih KPBU. Tapi mungkin akan lama (pembangunannya), maka skemanya berubah seperti Kilang Tuban (penugasan langsung)," ujar Dwi dalam acara pelepasan engineer Pertamina untuk alih teknologi, di kantor pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (10/8).
Di sisi lain, Dwi menyatakan, telah menerima pernyataan minat dari beberapa calon mitra strategis untuk membangun Kilang Bontang. Antara lain dari Iran dan Oman. "Kami lihat yang selain Rosneft. Banyak juga negara lain, termasuk Oman, menyatakan minatanya. Iran juga menyampaikan minatnya."
(Baca: Pemerintah Kaji Pembangunan 6 Kilang Baru)
Di tempat yang sama, Direktur Pengolahan Pertamina Rachmad Hardadi mengatakan, pemerintah berencana mengubah skema proyek Kilang Bontang karena proses administrasi jika menggunakan KPBU akan memakan waktu lebih lama dibandingkan skema penugasan khusus kepada Pertamina.
Melalui skema penugasan langsung, Pertamina akan menanamkan modalnya dan memiliki saham di kilang tersebut. Berbeda dengan skema KPBU, dimana Pertamina hanya sebagai penanggung jawab proyek.
Jika memutuskan mitra strategis, Pertamina akan melanjutkan proses seleksi yang sudah berjalan. "Kami langsung mulai seleksi semifinal sekitar 30 sampai 36 peserta yang sudah terseleksi," ujar Hardadi.
Dengan begitu, proses seleksi dapat dimulai September mendatang dan bisa mendapatkan mitra strategis paling lambat Februari 2017. Sedangkan proses pembangunannya diharapkan rampung akhir 2022. (Baca: Lelang Proyek Kilang Bontang Akan Dibuka Juni 2016)
Sekadar informasi, Pertamina memiliki rencana pembangunan beberapa kilang minyak. Untuk kilang baru, selain Kilang Bontang, Pertamina akan membangun Kilang Tuban di Jawa Timur. Kapasitas kedua kilang ini sama, yakni 300 ribu barel per hari. Bedanya, skema pembangunan di Kilang Tuban adalah penugasan pemerintah kepada Pertamina.