KATADATA - Pemerintah Indonesia mulai memalingkan perhatian ke kawasan Timur Tengah untuk menggaet investor di sektor hulu minyak dan gas bumi (migas). Setelah Arab Saudi dan Iran, pemerintah juga menjajaki animo investor di Kuwait.
Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto mengaku, tengah berkunjung ke Kuwait untuk menjajaki peluang menggaet investor migas di negara tersebut. Di sektor hulu migas, pemerintah memang menawarkan pengelolaan blok migas yang ada di Indonesia. “Saya lagi menawarkan blok migas baru dan farm out block yang sudah terbukti memiliki cadangan,” kata dia kepada Katadata, Senin (28/3).
(Baca: Lima Kontraktor Melepas Saham di Banyak Blok Migas)
Tidak hanya itu, Djoko mengklaim, pemerintah Kuwait juga berniat berinvestasi di Blok Offshore North West Jawa (ONWJ). Sayangnya, dia masih enggan menyebutkan bentuk investasi tersebut. Kontrak pengelolaan blok ini memang baru akan berakhir 2017. Namun, pada akhir tahun lalu, pemerintah telah memperpanjang kontrak pengelolaan Blok ONWJ. Dalam kontrak tersebut, pemerintah menerapkan skema Blok Basis Terbatas untuk menggantikan skema POD Basis.
Selain Pertamina, perusahaan asal Kuwait yakni Kuwait Foreign Petroleum Exploration Company (Kufpec) juga memiliki hak pengelolaan di Blok ONWJ. Kufpec memiliki hak pengelolaan sebesar 2,5 persen. Sementara Pertamina selaku operator, mengempit 73,5 persen. Sisanya dimiliki oleh PT Energi Mega Persada Tbk (EMP).
(Baca: Jatah Saham Pemda di Blok ONWJ Dibagi Proporsional)
Tapi, jika Pemerintah Provinsi Jawa Barat mendapat saham 10 persen, porsi saham Pertamina dan dua mitranya di Blok ONWJ otomatis akan berkurang. Jatah 10 persen saham akan dibagi secara proporsional dari hak pengelolaan kontraktor yang ada di blok tersebut. Kepemilikan Pertamina menyusut menjadi 66,15 persen. Sedangkan kepemilikan EMP dan Kufpec masing-masing menjadi 21,6 persen dan 2,25 persen.
Selain sektor hulu, Kuwait juga menyatakan minatnya berinvestasi di sektor hilir. Salah satu negara anggota OPEC ini berniat membiayai proyek kilang di Tuban, Jawa Timur, termasuk memasok kebutuhan minyak mentah untuk kilang tersebut. Tapi, sampai saat ini masih menunggu respons dari Pertamina dan Kementerian Keuangan. Sebab, Kuwait juga meminta beberapa insentif untuk membangun kilang. “Pertamina dan Kementerian Keuangan harus kerja cepat, dalam satu sampai dua bulan ke dapan harus done,” ujar Djoko.
(Baca: Investor Kilang Tuban Diumumkan Dua Pekan Lagi)
Namun, manajemen Pertamina belum bisa mengomentari kabar tersebut. Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro belum mau mengungkapkan investor yang akan dipilih untuk membiayai proyek kilang itu. Sampai sekarang sudah ada lima investor yang tertarik menjadi mitra Pertamina. Kelima investor tersebut yakni Saudi Aramco dari Saudi Arabia, Kuwait Petroleum Inc dari Kuwait, dan Sinopec dari China. Lalu ada Rosneft dari Rusia, serta perusahaan konsorsium Thai Oil Thailand dan PTT GC Thailand.