Dirut Pertamina Sebut Skenario Terburuk akan Kehilangan Pendapatan 45%

ANTARA FOTO/Reno Esnir
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati (tengah) didampingi Direktur Hulu Dharmawan Samsu (kiri) dan Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Resiko (PIMR) Heru Setiawan (kanan) mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (25/2/2020).
Editor: Yuliawati
21/4/2020, 16.21 WIB

Skenario ini memproyeksikan penurunan pendapatan di sektor hulu sebesar 59,19% dan sektor hilir sebesar 45,85%. Kemudian potensi penurunan pendapatan dari sektor subholding gas sebesar 14,33% dan dari finance dan service subs sebesar 47,01%.

"Cashflow lebih berat karena kami memberikan banyak fasilitas kredit kepada pelanggan. Kami menyadari seluruh pihak kesulitan cashflow jadi kami memberikan keringan kepada pelanggan kami," ujar Nicke.

Penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) Pertamina pada Maret lalu anjlok 34,6% dibandingkan bulan sebelumnya akibat pandemi virus corona. Penurunan penjualan BBM ini yang terendah sepanjang sejarah Pertamina.

Penurunan permintaan BBM utamanya terjadi di kota-kota besar, seperti di DKI Jakarta yang turun 59%, Bandung turun 57%, dan Makassar 53%. Sementara, permintaan BBM di kota-kota lainnya rata-rata mengalami penurunan di atas 40%.

(Baca: Harga Minyak Anjlok, Pertamina akan Pangkas Investasi Sektor Hulu 30%)

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan