Dampak Pandemi, Pemerintah Prediksi Produksi Kopi RI Anjlok 35%

ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/hp.
Petani memetik kopi robusta di Kawasan Kaki Gunung Galunggung, Kampung Ciakar, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Minggu (21/6/2020). Pemerintah memprediksi pandemi bisa berdampak pada turunnya produksi kopi RI hingga 35%.
5/8/2020, 17.55 WIB

Dewan Pengurus Sustainable Coffee Platform of Indonesia (SCOPI), Wildan Mustofa mengatakan upaya menyelamatkan petani kopi di tengah ambruknya produksi yakni dengan metode tanam tumpang sari dengan tanaman perkebunan lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Langkah ini dapat diambil petani agar ketika produksi kopi menurun, kerugian mereka dapat ditekan produksi komoditas lain. Wildan mengatakan kurikulum pelatihan tersebut tengah disusun pihaknya untuk kemudian diaplikasikan di seluruh Indonesia.

Apalagi 96% produksi kopi nasional ditanam oleh perkebunan rakyat yang sangat membutuhkan pelatihan. "Kami mengembangkan manajemen pelatihan dari temuan-temuan petani dan dirangkum untuk diajarkan ke seluruh petani," kata dia.

Dari data SCOPI, produksi kopi RI hanya meningkat sedikit dari 698.016 ton di tahun 2008 menjadi 722.461 ton di tahun 2018. Sedangkan untuk konsumsi kopi pada periode yang sama melonjak dari155.000 ton menjadi 314.000 ton.

Di sisi lain, ekspor kopi RI pada periode tersebut justru mengalami penurunan 468.749 ton menjadi 277.000 ton. Sedangkan angka impornya meningkat hampir 14 kali lipat dari 7.582 ton menjadi 104.000 ton. “Kalau tidak hati-hati dalam produktivitas akan sangat berbahaya," kata dia.

Berdasarkan data Kemendag tahun 2018, Filipina menjadi negara tujuan utama ekspor kopi Indonesia, yaitu sebesar US$ 421 juta atau setara Rp 6,1 triliun. Ekspor kopi ke Filipina didominasi oleh jenis kopi instan sebesar 99,7%.

Halaman:
Reporter: Tri Kurnia Yunianto