Pemerintah Targetkan Awal Februari 2021 Vaksinasi Massal Covid-19

ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/nz
Petugas kesehatan menyuntikan vaksin kepada relawan saat simulasi uji klinis vaksin Covid-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8/2020).
15/8/2020, 17.24 WIB

Adapun vaksin yang tengah diuji oleh LBM Eijkman tersebut dikembangkan melalui kerja sama dengan beberapa Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kesehatan dan beberapa universitas di Indonesia.

Sebelumnya, Manajer Lapangan Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Universitas Padjajaran (Unpad), dr Eddy Fadliyana mengatakan, ada beberapa kriteria agar vaksin Covid-19 Sinovac bisa lolos uji klinis tahap ketiga ini.

Di antaranya, vaksin itu bisa dikatakan berhasil apabila tidak banyak relawan mengalami efek samping yang berat. Kemudian antibodi di tubuh para relawan harus muncul setelah vaksin disuntikkan.

"Lalu dilihat efikasinya, jadi nanti kelompok yang divaksin itu kelihatan tidak terkena infeksi virus corona, selama enam bulan (proses uji klinis)," kata Eddy.

Setelah melalui tahap kedua dan ketiga uji klinis, vaksin itu dinilai bisa melindungi dari infeksi virus corona hingga 90% atau lebih. Bagaimanapun, dia tak menampik masih ada potensi orang yang telah divaksinasi namun masih bisa terjangkit Covid-19.

Menurutnya antibodi di tubuh akan timbul dalam 14 hari setelah penyuntikan vaksin kedua. Dalam proses uji klinis itu, para relawan memang harus menjalani dua kali penyuntikan vaksin. "Masih bisa terkena infeksi, tapi sebagian besar terlindungi," kata dia.

Lalu, dalam enam bulan ke depan, tim riset bakal melihat perkembangannya terkait berapa jumlah relawan yang terkena Covid-19 dan yang tidak. "Dalam enam bulan itu kita lihat, apakah menurun atau masih tinggi antibodinya dan kejadian efek sampingnya," kata dia.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan