Lembaga riset Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil survei mengenai persepsi publik terhadap kondisi ekonomi dan politik 2020 serta prospek 2021. Dari hasil sigi mereka, lebih dari separuh responden optimistis kondisi ekonomi tahun depan akan membaik.
Survei dilakukan pada 23 sampai 26 Desember kepada 1.202 responden dengan metode wawancara. Adapun tingkat toleransi kesalahan survei ini berada di angka 2,9% pada tingkat kepercayaan 95%.
Dari hasil uji persepsi, 48% responden menyatakan kondisi ekonomi tahun depan akan lebih baik dari tahun ini. Sedangkan 5% menganggap perekonomian RI 2021 akan jauh lebih baik dari 2020.
"Persepsi publik pada kondisi saat ini paling negatif sepanjang negara mengalami reformasi. Namun, perlahan masyarakat mulai optimistis dengan pertumbuhan ekonomi tahun depan,” ujar Direktur Eksekutif SMRC Sirojudin Abbas dalam paparan Survei Opini Publik Nasional SMRC, Selasa (29/12).
Merujuk survei SMRC, 79% masyarakat menilai kondisi ekonomi nasional tahun ini lebih buruk dibandingkan tahun lalu. Sementara 15,2% menilai perekonomian saat ini tidak mengalami perubahan, serta 4% menilai ekonomi Indonesia cenderung baik tahun ini.
Abbas mengatakan pesimisme responden tahun ini sejalan dengan laju perekonomian. Pada kuartal IV 2019 laju ekonomi masih mencapai 4,97% lalu turun menjadi 2,97% pada tiga bulan berikutnya.
Ekonomi di kuartal II 2020 lalu bergerak negatif -5,32%, lalu pada kuartal III sedikit mengalami perbaikan meski masih minus 3,49%. "Kita masih harus menunggu sampai akhir kuartal IV, untuk mengetahui pertumbuhan ini,” ujar Abbas.
Meski begitu, mayoritas masyarakat cenderung puas menilai kinerja pemerintah dalam menangani pemulihan ekonomi akibat Covid-19. Sebanyak 57% masyarakat menyatakan puas dengan kinerja pemerintah dan hanya 39% masyarakat yang menilai negatif terhadap kinerja pemerintah.
Masyarakat pun cenderung percaya terhadap kinerja Presiden Joko Widodo dalam menangani krisis ekonomi di Indonesia. Tercatat, 75% masyarakat menilai pemerintahan Jokowi mampu menangani krisis, 17,6% kurang percaya dan 18% lainnya tidak percaya terhadap kinerja pemerintah.
“Dari survei ini kita melihat konsistensi masyarakat terhadap penilaian pemerintah di atas 60%,” kata dia.
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani mengatakan, survei tersebut harus menjadi acuan pemerintah untuk meyakinkan masyarakat agar ekonomi nasional tahun depan membaik. Dia menilai, sejak Covid-19 masuk RI, belanja pemerintah melambat sehingga memukul perekonomian.
“Karena begitu dana Pemuihan Ekonomi Nasional Rp 600 triliun disetujui, terlebih dulu harus masuk ke Dipa, kemudian baru dibelanjakan. Tahun depan Indonesia masih dalam kondisi Covid-19, sebaiknya spending dilakukan dengan cepat,” kata Aviliani.
Avilian juga berharap belanja pemerintah harus diikuti oleh investasi. Menurutnya, jika belanja pemerintah dilakukan dan ekonomi kian tumbuh, pemerintah perlu membidik sektor yang pulih guna meningkatkan investasi.
Kendati demikian, ia memprediksi konsumsi rumah tangga tahun depan masih tertekan, lantaran tingginya pengangguran. Padahal konsumsi rumah tangga menyumbang 58% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
“Selanjutnya tantangan ke depan juga dipengaruhi oleh perubahan perilaku masyarakat yang cenderung online. Secara langsung, hal ini akan mempengaruhi dunia usaha di masa mendatang,” kata dia.