PPKM Diperpanjang 5 Hari, Epidemiolog Ragukan Kasus Corona Cepat Turun

Muhammad Zaenuddin|Katadata
Sejumlah warga menerima suntikan vaksin Covid-19 di halaman rumahnya saat pelaksanaan vaksinasi yang digelar dari pintu ke pintu (door to door) di Cijantung, Pasar Rebo, Jakarat Timur, Rabu (14/7/2021).
Penulis: Rizky Alika
Editor: Maesaroh
22/7/2021, 13.15 WIB

Pemerintah akan melonggarkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level-4  pada 26 Juli bila kasus Covid-19 mengalami penurunan. Namun, epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengingatkan penurunan kasus Covid-19 selama beberapa hari ke depan tidaklah realistis.

"Tidak realistis seminggu bisa turun kecuali ada strategi ekstrem selama PPKM dan terus berlanjut dengan 3T (testing, tracing, treatment) yang luar biasa," kata Dicky saat dihubungi Katadata, Rabu (21/7).

Ia pun mengakui, Indonesia tidak akan sanggup untuk melakukan pembatasan sosial. Sebab, langkah tersebut membutuhkan ongkos sosial dan ekonomi dalam jumlah besar.

Dicky mengatakan perlu dilakukan peningkatan 3T di seluruh wilayah guna mencegah pemburukan pandemi di semua sektor. Selain itu, pemerintah perlu melakukan intervensi yang tidak terbatas hanya pada aspek kesehatan.

Dicky menganjurkan pemerintah untuk meningkatkan kapasitas pengetesan hingga 1 juta per hari. Dengan cara tersebut, Indonesia bisa menghindari kebijakan pembatasan aktivitas sosial.

Namun, upaya pengetesan secara masif harus dilakukan secara berkelanjutan. "Jadi gimana membasmi musuh kalau tidak menemukan musuh. Menemukan virus kuncinya," ujar dia.

Selain itu, ia menilai vaksinasi Covid-19 perlu ditingkatkan. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga Rabu (21/7), jumlah orang yang sudah mendapatkan vaksinasi sampai tahap 2 baru mencapai 16,6 juta atau 39% dari total target pada tahap pertama. 

Sementara, epidemiolog Universitas Indonesia Tri Yunis Miko mengatakan relaksasi PPKM semestinya hanya bisa dilakukan bila pemerintah memiliki data yang akurat mengenai jumlah kasus Covid-19 hingga keterisian rumah sakit.

"Karena data yang dipublikasi dengan kenyataannya berbeda," ujar dia.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika