Menlu Retno Ceritakan Sulitnya Evakuasi 26 WNI dari Afghanistan
Proses evakuasi warga negara Indonesia dari Afghanistan terbukti sulit. Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengungkapkan bagaimana izin mendarat pesawat TNI AU di Bandara Hamid Karzai, Kabul, Afghanistan sempat ditarik otoritas setempat.
“Perubahan yang sangat cepat menggambarkan dinamika lapangan yang terus berubah. Dengan situasi baru ini berarti kita harus mengurus izin baru lagi,” kata Retno di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (21/8) dini hari.
Dia menjelaskan bahwa sesuai izin sebelumnya, pesawat TNI AU diizinkan mendarat di Bandara Hamid Karzai pada Kamis 19 Agustus 2021, sekitar pukul 04.10 waktu setempat. Namun mendadak izin mendarat tersebut ditunda dan ditarik karena situasi di lapangan yang tidak kondusif.
Koordinasi intensif kemudian digenjot baik secara internal dan eksternal dari Rabu (18/8) malam hingga Jumat (20/8) dini hari, untuk evakuasi hingga mengurus ulang izin mendarat di Bandara Hamid Karzai, Kabul.
Tak hanya itu, koordinasi lintas negara juga dilakukan melalui komunikasi langsung Menlu Retno dengan Menlu Turki, Menlu Norwegia, pihak Belanda, Amerika Serikat dan Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO.
"Ini benar-benar sebuah proses yang tidak mudah dan memerlukan koordinasi yang kuat," kata Menlu Retno.
Setelah melalui koordinasi intensif, akhirnya izin mendarat di Kabul diterbitkan dan tim evakuasi kemudian bersiap berangkat menuju Afganistan pada Jumat (20/8) pukul 04.10 dan tiba di Kabul pukul 05.17 waktu setempat.
Awalnya, pesawat TNI AU hanya berhenti 30 menit di Bandara Hamid Karzai, namun menjadi dua jam karena dinamika lapangan. Pesawat akhirnya tinggal landas meninggalkan Kabul, Afganistan sekitar pukul 07.10 waktu setempat dan mendarat di Islamabad, Pakistan pukul 08.11 waktu setempat untuk mengisi bahan bakar.
Setelah itu, pesawat TNI AU yang mengangkut 26 WNI tersebut kemudian terbang menuju Indonesia, dengan rute yang sama saat awal berangkat ke Afganistan.
Pesawat TNI AU dengan nomor A-7305 itu sebelumnya berangkat pada Rabu (18/8) pukul 06.00 WIB melalui rute Jakarta-Aceh kemudian Kolombo di Sri Lanka, selanjutnya menuju Karachi-Islamabad di Pakistan hingga Kabul, Afganistan.
"Dalam proses evakuasi ini banyak hal yang harus kami lakukan secara paralel bukan 'one after another'. Oleh karena itu, begitu pesawat 'take off' dari Halim, maka kami di darat melanjutkan mengurus izin lintas udara dan izin mendarat di Kabul," ujarnya.
Menlu Retno menambahkan operasi evakuasi WNi itu dirancang matang dan penuh kehati-hatian serta "lowkey" atau dilakukan secara senyap.
"Kehati-hatian dan sifat 'lowkey' ini diperlukan mengingat adanya dinamika lapangan yang sangat tinggi dan situasi yang sangat cair," katanya.
Saat ini, 26 orang WNI, lima orang warga negara Filipina dan dua warga negara Afganistan (satu suami dari WNI dan satu lagi perempuan staf KBRI) serta tim evakuasi menjalani protokol kesehatan setelah tiba di Jakarta.
Menlu Retno menambahkan seluruhnya dalam kondisi baik, hanya satu orang diplomat Indonesia yang membutuhkan perawatan medis namun bukan mengidap Covid-19.
Afghanistan dalam Kekacauan
Situasi di Afghanistan berada dalam kekacauan setelah kelompok Taliban menguasai kota Kabul dan mengambilalih pemerintahan. Kekacauan luar biasa terjadi di bandara Kabul karena ribuan orang, terutama ekspaktriat, memutuskan keluar dari negara tersebut.
Dua belas orang tewas di dalam dan sekitar bandara sejak Minggu (15/8) lalu. Kematian itu disebabkan oleh tembakan senjata dari Taliban atau terinjak-injak kerumunan. Taliban juga membubarkan kerumunan warga Afghanistan di bandara.
Seorang pejabat Taliban mengimbau kepada masyarakat yang tidak memiliki hak legal untuk meninggalkan bandara. "Kami tidak ingin melukai siapa pun di bandara," kata pejabat Taliban, yang menolak disebutkan namanya dikutip dari Reuters, Kamis (19/8).
Reuters mendapatkan informasi sekitar 8.000 orang telah diterbangkan sejak Minggu lalu. Hingga saat ini, militer AS bertanggung jawab atas keamanan bandara sementara pejuang Taliban berpatroli di luar tembok dan pagar pembatasnya.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani yang diketahui melarikan diri usai Taliban menguasai Kabul, dikonfirmasi berada di Uni Emirat Arab (UEA) pada Rabu (18/8). Ghani meninggalkan Afghanistan pada hari Minggu (15/8) ketika Taliban mendekati Ibu Kota Afghanistan, Kabul.