Bank Dunia - IMF Soroti Kesenjangan Vaksin Covid-19 di Negara Miskin

ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/foc.
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada nenek bernama Tarmi di rumahnya Kelurahan Kalinyamat Wetan, Tegal, Jawa Tengah, Kamis (21/10/2021). Tarmi merupakan lansia tertua dengan usia 102 tahun yang mengikuti vaksinasi COVID-19 di Kota Tegal. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/foc.\
1/11/2021, 11.24 WIB

Jumlah vaksinasi Covid-19 di dunia sudah tembus 7 miliar dosis pada akhir pekan lalu. Kendati demikian Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menyoroti akses vaksin yang timpang antar negara-negara dunia.

Empat lembaga tersebut bekerja sama membentuk Gugus Tugas Pemimpin Multilateral (MLT) untuk mengakselerasi vaksinasi Covid-19.  IMF dan Bank Dunia bertujuan untuk memanfaatkan akses keuangan demi memacu vaksinasi negara berpenghasilan rendah dan menengah. 

"Peluncuran global vaksin COVID-19 sangat keluar jalur, mengakibatkan perbedaan tajam antara negara kaya dan negara miskin," bunyi keterangan resmi MLT dikutip dari laman resmi Bank Dunia, Senin (1/11).

Target kerja sama ini yaitu setiap negara dunia sudah mencapai vaksinasi 40% dari penduduknya sampai akhir tahun dan 70% pada pertengahan 2022. Kendati demikian, sasaran tersebut tampaknya akan sulit terealisasi lantaran hanya 35 juta dosis atau 0,5% yang diberikan di negara miskin.

Vaksinasi lengkap di negara maju rata-rata sudah mencapai lebih dari 60% dari populasinya, beberapa bahkan sudah menerima suntikan booster. Sedangkan rata-rata di negara miskin masih kurang dari 2% populasinya yang sudah menerima vaksinasi lengkap.

"Kita masih tertinggal (dari target vaksinasi), sekitar 82 negara, setengahnya berada di Afrika, tidak berada di jalur yang tepat untuk memenuhi target 2021," tulis MLT.

Mengutip Bloomberg, jumlah vaksinasi dunia sudah mencapai lebih dari 7 miliar dosis, dengan rata-rata suntikan per hari lebih dari 32 juta dosis. Adapun negara dengan vaksinasi paling cepat yakni Cina mencapai 2,27 miliar dosisi dengan rata-rata vaksinasi per hari sebanyak 3,4 juta dosis.

Indonesia berada di urutan ke-6 dunia sebagai negara dengan jumlah vaksinasi terbanyak yakni lebih dari 192 juta dosis vaksin, dengan rata-rata suntikan per hari 1,6 juta dosis. Angka ini terdiri atas 44,6% dari populasi sudah menerima vaksin dosis pertama dan 27,5% sudah tervaksinasi lengkap.

MLT mengatakan pasokan vaksin yang tidak memadai adalah masalah utama bagi negara-negara miskin. Oleh karena itu, untuk mencapai target vaksinasi 40% dunia perlu mengalokasikan 500 juta dosis vaksin kepada negara-negara miskin.

Di sisi lain, MLT juga memperingatkan negara miskin untuk memastikan penyaluran vaksin dengan baik ketika tiba. Secara khusus, mereka menyoroti masalah hambatan logistik, terkait tenaga kerja, dan hambatan lainnya di lapangan saat persiapan penyuntikan.

 Selain dari sisi pembiayaan, perdagangan memiliki peran penting dalam memastikan produksi dan akses vaksin. Pertimbangan ini pula yang kemudian WTO ikut serta ke dalam keanggotaan MLT.

MLT mengatakan agenda Konferensi Tingkat Menteri WTO ke-12 pada akhir November menjadi momentum yang pas untuk memperingatkan soal ketimpangan vaksinasi dunia. WTO akan mendesak para anggotanya untuk memastikan bahwa sistem perdagangan multilateral sepenuhnya mendukung upaya untuk mengatasi pandemi saat ini dan masa depan.

IMF sebelumnya telah memprediksi jika ketimpangan vaksinasi belum teratasi, maka dunia berpotensi menanggung kerugian akibat Produk Domestik Bruto (PDB) tergerus hingga US$ 5,3 truliun atau lebih dari Rp 75 kuadriliun dalam lima tahun ke depan.

Reporter: Abdul Azis Said