Survei: Cuma 14% Orang Ingin Segera Wisata, Terbentur Biaya dan Syarat
Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menahan diri untuk berwisata setidaknya untuk 3-6 bulan ke depan. Persoalan biaya serta sulitnya syarat perjalanan menjadi penyebabya.
Survei yang dilakukan Danareksa Research Institute menunjukan hanya 14,1% responden yang mengatakan ingin berwisata dalam 3-6 bulan ke depan.
"Pendapatan masyarakat belum pulih ke level sebelum pandemi, sehingga teriadi realakasi anggaran wisata untuk pemenuhan kebutuhan pokok. Juga, terkendala persyaratan melakukan perjalanan jauh seperti vaksinasi dan PCR," tulis Danareksa, dalam keterangannya, Jumat (12/11).
Penyebab lainnya adalah sikap wait and see terkait pengendalian kasus Covid-19 serta terkait dengan pengencialian kasus harian Covid-19.
Sebagai catatan, survei dilakukan terhadap 1.724 responden dari enam daerah yaitu Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan.
Dari enam daerah tersebut, warga Jawa Tengah menunjukan keinginan berwisata paling tinggi yakni 21,93% disusul kemudian dengan Jakarta (15,61).
Survei tersebut juga menunjukan masyarakat dengan pendapatan tinggi menunjukan minat berwisata yang besar (21,25%) sementara yang berpendidikan rendah hanya 6,73%.
Namun, minat berwisata masyarakat Indonesia meningkat untuk perjalanan tahun depan. Sebanyak 44,86% responden mengaku ingin berwisata kembali pada tahun depan.
Untuk menghindari penyebaran virus, sebagian besar responden mengatakan akan menggunakan kendaraan pribadi untuk berwisata.
Sebanyak 64% berencana berwisata dengan kendaraan pribadi sementara 29,22% menggunakan bus umum. Hanya 3,29% yang berencana bepergian dengan pesawat dan kereta api.
"Tingginya penggunaan kendaraan pribadi mengindikasikan masyarakat sangat mempertimbangkan protokol kesehatan ketika berwisata dan ingin mengurangi pemenuhan prasyarat berpergian," tulis Danareksa.
Pandemi Covid-19 juga membuat preferensi masyarakat Indonesia mengubah pilihan destinasi wisatanya.
Wisata outdoor (wisata bahari dan wisata alam) menjadi pilihan utama untuk berwisata karena lebih memungkinkan adanya penerapan protokol kesehatan.
Sebanyak 56,38% memilih wisata bahari sebagai pilihan utama untuk tujuan wisata mereka. Disusul kemudian dengan wisata alam (36,21%), wisata sejarah (12,74%), wisata religi (10,70%), wisata pendidikan (7,41%) dan lainnya (0,41%).
Sebagian besar masyarakat Indonesia mempertimbangkan penerapan protokol kesehatan serta keamanan dan kenyamanan sebagai hal yang paling mendasar.
Sebanyak 56,38% menempatkan penerapan protokol kesehatan sebagai pertimbangan utama.
Disusul kemudian dengan keamanan dan kenyamanan (36,215), biaya masuk yang murah (12.76%), lokasi wisata tidak ramai (10,7%), lokasi yang dekat dengan rumah (7,41%), serta durasi waktu yang pendek (0,41%).
Dengan melihat hasil survei, Danareksa melihat pemulihan sektor pariwisata masih lemah.
"Stimulus pemerintah bagi sektor pariwisata sebaiknya difokuskan pada pelaku usaha kecil maupun tenaga kerja sektor pariwisata untuk bertahan sampai pandemi berakhir," tulis Danareksa.
Sebagai catatan, pemerintah mulai memberikan pelonggaran dengan mengizinkan tempat wisata buka sejak 6 September lalu.
Pembukaan dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan ketat, termasuk mewajibkan penggunaan PeduliLindungi dan pendampingan orang tua jika ada anak-anak yang ingin berwisata.
Pariwisata menjadi sektor yang paling terimbas dari adanya Covid-19 dan pembatasan aktivitas masyarakat.
Salah satu yang terdampak adalah agen perjalanan online.
Nilai total nilai penjualan (gross merchandise value/GMV) agen perjalanan online hanya US$ 2,6 miliar pada 2020.
Nilai GMV tersebut menurun dari 2019 yang mencapai US$ 10,1 miliar.