Pemerintah kerap mengubah kebijakan penanganan Covid-19 sejak awal kemunculan virus tersebut pada Maret 2020. Presiden Joko Widodo pun mengungkap alasan kebijakan penanganan corona terus berubah.
"Banyak yang bertanya, 'Ini kok pemerintah kayak bingung, berubah-ubah'. Lah wong virusnya juga berubah-ubah. Bermutasi," kata Jokowi saat memberikan pengarahan kepada Kepala Kesatuan Wilayah Tahun 2021 di Badung, Bali, Jumat (3/12).
Pemerintah memang telah beberapa kali mengubah kebijakan penanganan corona. Pada awal pandemi, pemerintah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kemudian, pemerintah mengubah kebijakannya menjadi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro saat kasus mulai melandai.
Saat kasus mulai meningkat pada pertengahan tahun ini, kebijakan penanganan corona kembali diubah menjadi PPKM darurat. Setelah itu, pemerintah menerapkan PPKM dengan beberapa level.
Jokowi mengatakan, kebijakan Covid-19 berubah mengikuti situasi di lapangan. "Kalau strategi tetap sama, ya ditinggal sama virusnya kita karena virus ini bermutasi," ujar dia.
Dalam kesempatan itu, Jokowi juga mewaspadai penyebaran Covid-19 varian Omicron. Ia meminta aparat kepolisian di daerah memperkuat pemeriksaan di perbatasan. Apalagi varian Omicron ini sudah menyebar hingga 29 negara.
“Karena yang bawa bisa orang asing, tapi bisa juga WNI utamanya tenaga kerja waktu pulang kampung. Hati-hati,” kata Jokowi.
Jokowi menjelaskan varian Omicron mampu menular lebih cepat lima kali dari varian Delta. Selain itu, mutasi terbaru ini juga bisa menyelinap ke antibodi yang telah imun dari Covid-19.
Oleh sebab itu ia memerintahkan jajarannya mewaspadai penyebaran varian baru ini. Apalagi dampak dari penularan Covid-19 bisa ke mana-mana termasuk ekonomi hingga politik.
“Sudah terjadi di beberapa negara, ekonominya jatuh dan berimbas kepada politik, hati-hati,” ujarnya.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, varian Covid-19 Omicron memiliki mutasi virus terbanyak dibandingkan varian virus corona lainnya. Selain itu, varian ini juga memiliki daya penularan yang sangat tinggi dan memiliki peningkatan risiko infeksi ulang.
Ahli Biologi Molekuler Insitut Bioteknologi Molekuler Dr Ulrich Elling mengatakan, varian Covid-19 Omicron diperkirakan lima kali lipat lebih menular dari varian Delta. Tak hanya itu, menurut Kementerian Kesehatan, varian ini juga disebut berpotensi menurunkan efikasi vaksin.