Sri Mulyani: Kesetaraan Gender Bisa Sumbang Ribuan Triliun ke Ekonomi

KemkominfoTV/Youtube
Sri Mulyani saat menjadi pembicara dalam G20 Women’s Empowerment Kick-off Meeting, Rabu (22/12)
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Maesaroh
22/12/2021, 19.48 WIB

 Kesenjangan gender masih tinggi dan meningkat dibandingkan tahun lalu, terutama di bidang politik dan ekonomi. 

Survei tersebut memperkirakan butuh waktu 145,5 tahun untuk dapat mengatasi kesenjangan di bidang politik. Di bidang ekonomi butuh waktu lebih lama yakni 267,6 tahun.

"Kita tahu banyak inisiatif global yang mendukung promosi kesetaraan gender tapi kita juga tahu Covid-19 yang berimplikasi ke sosial ekonomi memiliki dampak yang lebih besar kepada perempuan," kata Sri Mulyani.

Hal tersebut terjadi karena sebagian besar pekerjaan dan aktivitas perempuan dibatasi oleh pandemi, terutama di sektor kesehatan dan sosial. Data Bank Dunia menunjukkan sekitar 70% pekerja di sektor kesehatan dan sosial merupakan perempuan.

Selain itu, perempuan juga berada di posisi rentan karena mereka mendominasi pekerjaan informal. Sektor  tersebut mengalami tekanan paling berat selama pandemi Covid-19. Perempuan yang bekerja di sektor informal mencapai 50-60%.

 Sri Mulyani mengatakan dari sudut pandang ekonomi, berinvestasi pada peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) sangat penting untuk sebuah perekonomian negara.

Karena itu, menurutnya sangat penting untuk mendukung peningkatan kualitas SDM perempuan. Terlebih, populasi perempuan menyumbang hampir separuh dari total penduduk Indonesia.

"Jadi kesetaraan gender bukan hanya baik dari sisi moral, tapi ini juga cerdas dan tepat dari sisi tujuan strategis ekonomi," kata dia.

Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mencatat, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 272,23 juta jiwa pada 30 Juni 2021.

Rinciannya, sebanyak 137,52 juta jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 134,71 juta berjenis kelamin perempuan.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said