Pemerintah Fokus Gunakan AstraZeneca untuk Vaksin Booster 3 Bulan Awal

Muhammad Zaenuddin|Katadata
Cairan vaksin booster dijejerkan saat penyuntikan vaksin di Mal Kota Kasablanka, Jakarta, Rabu (26/1/2022). Vaksin Booster yang disediakan adalah vaksin jenis Pfizer, berlaku bagi peserta yang sudah vaksin lengkap hingga dosis ke-2 dengan jenis vaksin Sinovac atau AstraZeneca, telah menerima tiket vaksin ke-3 pada aplikasi PeduliLindungi, dan berusia 18 tahun ke atas.
29/1/2022, 15.55 WIB

Di sisi lain, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) atau Indonesian Society of Internal Medicine menegaskan dukungannya terhadap program vaksinasi booster. Salah satunya, dengan mengeluarkan rekomendasi penyelenggaraan program pemberian vaksin booster Covid-19 oleh pemerintah.

Rekomendasi itu disampaikan dalam surat terbuka kepada Direktur P2PTM Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Kepala Sub Dinas Unit (Kasubdit) lmunisasi Kementerian Kesehatan RI, serta seluruh PAPDI Cabang dan seluruh Perhimpunan Seminat dalam Lingkup PAPDI. Ketua Umum PAPDI, Sally A. Nasution menyatakan PAPDI mendukung pemberian vaksin booster Covid-19.

Meski demikian, Ketua Badan Khusus Satgas lmunisasi Dewasa PAPDI, Samsuridjal Djauzi juga menegaskan pentingnya vaksin primer. “Cakupan vaksin primer harus terus ditingkatkan sesuai dengan pencapaian yang diharapkan terutama bagi kelompok usia lanjut, komorbid, anak-anak dan ibu hamil.”

Satuan Tugas Penanganan Covid-19, menyebutkan hingga Sabtu (15/1) sebanyak 1.338.222 penduduk Indonesia telah mendapatkan vaksinasi penguat dosis ketiga alias vaksin booster. Pemberian vaksin dosis ketiga tersebut bertambah 2.180 dibandingkan hari sebelumnya. Sementara yang mendapatkan vaksinasi dosis kedua sebanyak 119.424.581 penduduk atau bertambah 472.567.

Penduduk yang mendapatkan vaksinasi dosis pertama sebanyak 175.645.471 atau bertambah 1.353.886 penduduk. Target sasaran vaksinasi sebanyak 208.265.720 jiwa. Sebelumnya, epidemiolog dari Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono menyarankan agar pemberian vaksin booster menggunakan jenis vaksin berbeda dengan vaksin primer.

"Secara teori untuk dosis ketiga (penguat) apa saja boleh, tapi dalam penelitian yang homolog (sejenis) tidak disarankan," ujar Tri Yunis seperti dikutip Antara.

Halaman: