Presiden Ukraina Mau Berunding, Soroti Komitmen Putin Akhiri Perang

ANTARA FOTO/REUTERS/Arnd Wiegmann/WSJ/sad.
Arnd Wiegmann Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy terlihat di layar saat menyampaikan pidato melalui video kepada delegasi Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss, Senin (23/5/2022).
31/5/2022, 13.24 WIB

Berbagai upaya terus dilakukan untuk menghentikan perang antara Rusia dengan Ukraina. Namun Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa Moskow tak serius untuk bernegosiasi mengakhiri konflik.

Ia juga mengecam Presiden Vladimir Putin yang disebutnya terus hidup dalam ‘realitas alternatif’. Namun Zelensky mengatakan dirinya bersedia berbicara secara langsung dengan Putin.

“Saya tidak dapat melihat kesediaan mereka (Rusia),” kata Zelensky pada Minggu (29/5) dikutip dari New York Post.

Zelensky juga mengatakan bahwa Putin berlu didorong memahami realitas dunia hari ini. Dia lalu menyatakan bahwa perang tak akan berakhir sampai Putin melihat kebenaran.

“Dengan begitu, dia akan mengerti bahwa kita harus mulai berbicara dan mengakhiri perang yang dia luncurkan,” katanya.

Zelensky sejak Maret 2022 lalu telah mengatakan bahwa Kyiv siap membahas netralitas dalam pembicaraan damai. Bahkan ia sempat menyebut Ukraina akan mengurungkan niatnya untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Namun sikap netral itu juga memiliki syarat: harus diputuskan sendiri oleh masyarakat Ukraina lewat referendum.

UKRAINE-CRISIS (ANTARA FOTO/REUTERS/Ivan Alvarado/WSJ/cf)

Dikutip dari inews.co.uk, Ukraina pada 2014 lalu telah memilih untuk meninggalkan netralitasnya. Lima tahun kemudian, negara tersebut mengamendemen konstitusi dan menyatakan keanggotaan NATO sebagai prioritas negara.

Namun Rusia bersikeras bahwa tetangganya tersebut harus menjadi negara netral dengan militer nonblok. Putin bahkan meminta komitmen tertulis dari Ukraina yang tak akan bergabung dengan NATO.

Sedangkan pembicaraan kedua negara terus menghadapi kendala. Salah satu masalah yang mengganjal adalah wilayah sengketa.

Tahun 2014, Rusia mencaplok Krimea. Tak hanya itu, Republik Donetsk dan Luhansk yang berada di Donbas, Ukraina Timur juga menjadi wilayah separatis yang didukung Rusia.