SKK Migas melaporkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor hulu migas sepanjang 2022 mencapai US$ 18,19 miliar atau sekitar Rp 269 triliun. Nilai ini lebih tinggi 82,8% dari target US$ 9,96 miliar.
Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas, Kurnia Chairi, mengatakan penerimaan negara dari sektor migas tahun 2022 juga melonjak 31,8% dibandingkan periode yang sama 2021 sebesar US$ 13,8 miliar berkat tingginya harga energi yang relatif terjadi hingga awal tahun ini. Torehan PNBP tahun 2022 menurut Kurnia merupakan yang tertinggi sejak tahun enam tahun terakhir.
"Hal ini sebagai bukti bahwa pengawasan oleh SKK Migas dapat dijalankan secara efektif sehingga mendorong peningkatan penerimaan negara yang lebih optimal," kata Kurnia saat konferensi pers di Kantor SKK Migas Jakarta pada Rabu (18/1).
Menurut Kurnia, tingginya capaian PNBP datang dari nilai harga migas di pasar dunia yang masih menguat. Kenaikan harga komoditas energi migas berdampak pada nilai jual gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) yang juga ikut menguat seiring penjualan dari pasar spot, FTG dan perdagangan lainnya sebesar US$ 2,07 miliar atau sekitar Rp 30,6 triliun.
Pada kesempatan yang sama, Kurnia juga menyampaikan bahwa SKK Migas juga melakukan efisiensi operasional hulu migas dari alokasi biaya cost recovery dari KKKS menjadi US$ 7,9 miliar.
“Di tengah tingginya harga energi dunia serta kemampuan menjaga biaya-biaya di industri hulu migas tetap efisien, menunjukkan bahwa daya saing industri ini terus mengalami peningkatan," ujar Kurnia.
Lebih lanjut Kurnia mengatakan, usaha hulu migas telah menyumbang penerimaan negara sekitar US$ 72,6 miliar dari tahun 2018 hingga 2022. Lewat capaian positif tersebut, SKK Migas menetapkan target investasi sektor hulu migas sebesar US$ 15,54 miliar atau sekira Rp 233,5 triliun pada tahun 2023.
Capaian ini naik 26% dari realisasi investasi tahun sebelumnya senilai US$ 12,3 miliar. Sementara, target penerimaan negara pada 2023 ditetapkan sebesar US$ 15,88 miliar atau meningkat 159% dibandingkan target 2022.