Sinar Mas Agribusiness and Food memperkuat kolaborasi lintas sektor dan pengembangan teknologi untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dampak fenomena El Nino.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan, fenomena El Nino tahun ini diperparah dengan adanya Indian Ocean Dipole (IOD) positif. Ini membuat potensi kekeringan menjadi lebih besar dibandingkan dengan tiga tahun terakhir. Kekeringan dapat berimplikasi kepada ancaman karhutla.
Upaya-upaya kolaborasi Sinar Mas Agribusiness and Food, misalnya dengan menggelar apel siaga gabungan, latihan penanggulangan karhutla bersama, serta sosialisasi berkala melibatkan banyak pihak.
Kolaborasi tersebut diperkuat dengan pengembangan teknologi berbasis satelit yang mampu memberikan informasi deteksi titik panas (hotspot) tiga kali lebih cepat. Serangkaian upaya ini dilakukan untuk mencegah dampak perubahan iklim berupa karhutla di wilayah rawan.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, fenomena El Nino dan IOD positif saling menguatkan, membuat musim kemarau tahun ini bisa menjadi lebih kering. Ditambah, curah hujan pada kategori rendah hingga sangat rendah.
“Jika biasanya curah hujan berkisar 20 mm per hari, maka pada musim kemarau ini angka tersebut menjadi sebulan sekali atau bahkan tidak ada hujan sama sekali,” ujarnya, dikutip dari siaran pers, Rabu (16/8).
Fenomena El Nino merupakan pemanasan suhu muka laut (SML) di atas kondisi normal. Sementara itu, fenomena IOD terjadi karena perbedaan suhu permukaan laut antara dua wilayah yaitu di Samudera Hindia bagian barat dan Samudera Hindia bagian timur.
Indonesia menghadapi dua fenomena tersebut sekaligus. Puncak kemarau kering diprediksi akan terjadi pada Agustus hingga awal September.
Di dalam menghadapi kondisi tersebut, Head of Fire and Peat Management Sinar Mas Agribusiness and Food Anselmus A. Supriyanto menuturkan, kolaborasi antarpihak harus diperkuat. Tahun ini, kegiatan pencegahan karhutla seperti apel siaga dan peningkatan kapasitas tim Kesiapsiagaan Tanggap Darurat (KTD) lebih ditingkatkan.
Per Agustus 2023, tercatat 17 kali apel siaga dan 10 kali pelatihan dasar karhutla telah diselenggarakan Sinar Mas Agribusiness and Food.
“Kami meningkatkan pelatihan petugas dan apel siaga untuk bersama-sama membentuk kewaspadaan. Apel siaga berlangsung di berbagai kabupaten di Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat, serta didukung oleh pemda setempat,” ujar Supriyanto.
Sinar Mas Agribusiness and Food, imbuh Supriyanto, mengedepankan sinergi dengan pemangku kepentingan di area operasional. Langkah sinergi ini, misalnya tercermin melalui program Desa Makmur Peduli Api (DMPA).
Program yang berlangsung di Pulau Sumatera dan Kalimantan sejak 2016 itu membekali 105 desa rentan karhutla dengan beberapa training. Contohnya adalah pelatihan pencegahan kebakaran, infrastruktur dasar pemadaman kebakaran, serta sosialisasi dan implementasi proses peringatan dini untuk menghadapi risiko kebakaran.
Menurut Supriyanto, kerja sama yang terjalin baik di antara perusahaan dengan masyarakat dapat memperkuat komitmen bersama terhadap pencegahan karhutla.
Sejak 1997, Sinar Mas Agribusiness and Food menerapkan kebijakan antibakar untuk pembukaan lahan yang diperkuat dengan komitmen antikegiatan di lahan gambut (No Peat) pada 2010.
Supriyanto menilai, berkat kolaborasi yang apik dengan pemangku kepentingan, manfaat baiknya pun dapat terasa hingga saat ini.
Dia menjelaskan pula bahwa pada 2022, sebanyak 99,96 persen kawasan kelola perusahaan terbebas dari karhutla. Pihaknya ingin bersama-sama berupaya mempertahankan dan meningkatkan torehan ini.
“Sinergi yang baik melalui berbagai program harus kita jaga bersama, bukan hanya di area perusahaan, tetapi juga di seluruh wilayah rentan kebakaran. Karhutla hanya akan menimbulkan dampak buruk bagi sosial, lingkungan, dan ekonomi,” ucapnya.
Penerapan Teknologi
Sinar Mas Agribusiness and Food memadukan upaya-upaya konvensional dan teknologi mutakhir dalam mencegah ancaman karhutla. Upaya ini didukung sekitar 10.000 orang yang tergabung dalam tim KTD, terdiri dari karyawan perusahaan dan masyarakat siaga api (MSA) binaan perusahaan.
Mereka memiliki tugas masing-masing. Ada yang bertugas di lapangan untuk melakukan patroli dan penanggulangan karhutla secara langsung, ada pula yang memantau kondisi ancaman karhutla dari ruang kontrol.
Memperkuat pengawasan karhutla salah satunya dilakukan melalui aplikasi digital GeoSMART Fire-Hotspot Monitoring Site. Aplikasi ini mampu memberikan informasi deteksi titik panas tiga kali lebih cepat dari proses semi otomatis sebelumnya.
GeoSMART dikembangkan sejak 2021, digunakan sejak awal 2022, dan terus diperbarui fiturnya hingga kini. Aplikasi ini memanfaatkan teknologi satelit NOAA, VIIRS, SUOMI, dan MODIS yang diakses otomatis dari situs SiPongi-KLHK dan atau LAPAN.
Menurut Supriyanto, penggunaan sistem aplikasi GeoSMART dikembangkan secara otomatis untuk mendeteksi titik panas hingga radius dua kilometer di luar area konsesi perusahaan. Keunggulan GeoSMART bukan hanya terletak pada cakupan areanya yang luas melainkan juga kecepatan aplikasi ini dalam menerima dan mengolah sinyal deteksi titik panas. Hal ini sangat berpengaruh terhadap upaya pencegahan karhutla.
Sebelumnya, tanpa aplikasi GeoSMART, sinyal titik panas baru dapat diterima 12 jam sekali, atau dua kali sehari. Melalui penggunaan aplikasi GeoSMART, sinyal titik panas dapat diterima empat jam sekali, atau enam kali per hari.
Efisiensi tersebut membuat respons tim KTD menjadi lebih cepat. GeoSMART merupakan salah satu upaya dalam manajemen terpadu pencegahan karhutla Sinar Mas Agribusiness and Food.
Supriyanto mengatakan, GeoSMART bukan satu-satunya cara mengembangkan teknologi sistem peringatan dini. Pihaknya juga melakukan pemutakhiran beberapa teknologi.
“Kami melakukan pemutakhiran peta rawan kebakaran lahan, sistem peringkat bahaya kebakaran serta deteksi taktis kejadian kebakaran lahan melalui patroli rutin, pantauan menara api, dan teknologi CCTV deteksi kebakaran lahan,” ujar dia.
Pengembangan teknologi dan peningkatan kapasitas petugas belum cukup untuk mengantisipasi karhutla jika tidak dibarengi dengan fasilitas yang memadai. Oleh karena itu, Sinar Mas Agribusiness and Food terus melengkapi sarana dan prasarana pencegahan karhutla.
Sampai saat ini perusahaan memiliki 172 embung air, 163 menara api, 176 kendaraan angkut personel, 269 kendaraan patroli, 115 truk pemadan kebakaran, 307 pompa jinjing, dan 141 pompa induk.
“Berdasarkan kebijakan pemerintah pusat maupun daerah, perusahaan juga diwajibkan berkontribusi dalam upaya pencegahan dan pengendalian karhutla di sekitar wilayah operasionalnya,” ucap Supriyanto.