Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengungkapkan pemerintah berencana untuk menaikan insentif motor listrik dari yang sebelumnya sebesar Rp 7 juta menjadi Rp 10 juta. Hal ini bertujuan untuk mendorong penggunaan kendaraan listrik guna mengurangi polusi udara di Jakarta yang sedang memburuk.
"Untuk penguatan kendaraan listrik, ada wacana insentif dari Rp 7 juta ke Rp 10 juta, untuk motor listrik konversi, mempermudah urusan," ujar Ridwan usai rapat koordinasi permasalahan pencemaran udara di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Jakarta, Jumat (18/8).
Dia menyebutkan, dalam rapat koordinasi permasalahan pencemaran udara bersama Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, selain menaikan insentif motor listrik guna memperbaiki polusi udara di Jakarta, pemerintah juga akan melakukan upaya lainnya.
Adapun upaya tersebut di antaranya pembatasan kendaraan, penguatan kendaraan insentif mobil dan motor listrik. "Juga ada rencana jangka pendek work from home dimaksimalkan untuk perusahaan di wilayah Jabodebek," kata Ridwan.
Di sisi lain dia mengatakan dalam rapat koordinasi tersebut juga membahas terkait kajian mengenai sumber polusi. Berdasarkan data yang diungkap dalam rapat konsentrasi partikel polutan PM2.5 tertinggi 75% berasal dari kendaraan bermotor. Sementara dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap atau PLTU hanya 25%.
Oleh sebab itu, Ridwan menuturkan pemerintah akan melakukan kajian ilmiah yang terukur secara valid untuk menelusuri kebenaran sumber polutan di DKI Jakarta. Selain itu, dia juga meminta agar masyarakat tidak langsung percaya dengan hasil pengukuran polusi udara yang beredar di publik.
Ridwan menyebutkan berbagai data yang beredar di masyarakat soal polusi udara Jakarta belum tentu benar adanya. Menurut laporan riset Vital Strategies dan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang bertajuk Sumber Utama Polusi Udara di DKI Jakarta, polusi udara Jakarta banyak berasal dari sektor transportasi.
"Asap knalpot kendaraan, pembakaran batu bara, pembakaran terbuka, konstruksi, debu jalan, dan partikel tanah yang tersuspensi menjadi sumber utama pencemaran udara di Jakarta,” kata tim Vital Strategies dalam laporannya.
Polusi udara Jakarta juga berasal dari sumber non-kendaraan, yaitu hasil pembakaran batu bara, dan pembakaran di ruang terbuka. Penyebab lain adalah kegiatan konstruksi (non-pembakaran), debu jalan, dan sumber alam seperti tanah dan garam laut yang terbawa angin.
Kontribusi sumber polusi non-kendaraan paling besar berada di wilayah Lubang Buaya (46%), disusul oleh Kebon Jeruk (42%), dan GBK (34%). Adapun Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia mencatat hanya ada 599 motor listrik yang terjual sejak pemerintah menggulirkan subsidi hingga awal Juni 2023. Padahal pemerintah menargetkan penjualan 200.000 unit motor listrik yang disubsidi hingga akhir tahun ini.