Tumbuh 11%, Produksi Minyak Sawit Maret 2019 Capai 4,31 Juta Ton

Agung Samosir | KATADATA
Crude Palm Oil. Produk crude palm oil yang berbahan dasar kelapa sawit dari kabupaten Landak di stand Provinsi Kalimantan Barat pada pameran Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) di Ji-Expo, Kemayoran, Jakarta, Rabu (15/5).
Penulis: Ekarina
16/5/2019, 19.22 WIB

Produksi minyak sawit dalam negeri sepanjang Maret 2019 tumbuh 11% menjadi 4,31 juta ton dibanding  Februari yang tercatat sekitar 3,88 juta ton. Menurut asosiasi, naiknya produksi disebabkan oleh hari kerja yang lebih panjang jika dibanding bulan sebelumnya.

Dengan produksi yang relatif stabil, stok minyak sawit pada Maret ini masih terjaga di kisaran 2,43 juta ton. "Namun, jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 2,50 juta ton, angka ini turun sekitar 3%," kata Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Mukti Sardjono di Jakarta, Kamis (16/5).

(Baca: Banyak Tantangan, Ekspor Minyak Sawit Kuartal I Justru Naik 16%)

Sementara itu, sepanjang Maret harga CPO global juga maish terpantau melemah di kisaran US$ 510 – US$ 550 per metrik ton dengan harga rata-rata US$ 528,4 per metrik ton. Harga tersebut turun 5% dibandingkan harga rata-rata Februari US$ 556,5 per metrik ton.

Selain fluktuasi harga, Mukti menyatakan industri kelapa sawit masih menghadapi tantangan. Pada awal tahun, industri sawit diadang diskriminasi sawit Uni Eropa melalui rencana penerapan Renewable Energy Directive II (RED II).

Kebijakan ini akan menghapus penggunaan biodiesel berbasis sawit karena minyak sawit digolongkan sebagai beresiko tinggi terhadap deforestasi (ILUC – Indirect Land Used Change) sedangkan minyak nabati lain digolongkan beresiko rendah.

Sentimen RED II Uni Eropa sedikit banyak turut menggerus kinerja ekspor Indonesia. Belum lagi dengan lesunya perekonomian di negara tujuan utama ekspor khususnya India, yang berdampak signifikan terhadap permintaan minyak sawit negara tersebut.

Meski demikian, ekspor minyak sawit, berupa minyak sawit mentah (CPO), biodiesel, oleochemical, dan produk turunannya, mampu mencatat pertumbuhan 16% menjadi 9,1 juta ton pada kuartal I 2019 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

(Baca: Gabungan Pengusaha Dukung Pemerintah Lawan Diskriminasi Sawit ke WTO)

Peningkatan ini salah satunya dipicu oleh meningkatnya permintaan minyak sawit ke negara sebesar 60% dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatan permintaan CPO dan produk turunannya dari Indonesia yang cukup signifikan datang dari Asia khususnya Korea Selatan, Jepang hingga Malaysia.