Harga Jagung Naik, Harga Pakan Ternak Berpotensi Melonjak

ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah
Petani memanen jagung di Desa Kaleke, Sigi, Sulawesi Tengah, Minggu (10/12). Pemerintah melalui Kementerian Pertanian menargetkan jumlah produksi jagung nasional pada 2018 mendatang mencapai 23,48 juta ton dan akan mampu memenuhi kebutuhan jagung nasional sekitar 19 juta ton pertahunnya.
Penulis: Michael Reily
Editor: Ekarina
26/9/2018, 07.49 WIB

Untuk menjaga kualitas sebaran produk, produsen biasanya akan melakukan penyimpanan pascapanen dengan lantai jemur. "Perusahaan atau trader juga harus punya andil untuk mengadakan pengering," katanya.

Sebab, investasi pengadaan silo atau tempat penyimpanan jagung biasanya relatif besar atau sekitar Rp 7 miliar termasuk di antaranya biaya sewa. Karenanya, pemerintah tengah berupaya menekan biaya produksi jagung dengan mengembangkan mobil pengering jagung dengan harga Rp 1,2 miliar per unit. "Itu akan masuk ke program kami tahun 2019," ujar Sri.

Kementerian Pertanian, memproyeksikan produksi pakan ternak tahun ini bisa mencapai 19,4 juta ton, lebih tinggi dibandingkan capaian tahun lalu 18,2 juta ton. Sedangkan kebutuhan jagung untuk pakan bagi pabrik penggilingan pakan sekitar 650 ribu ton per bulan dan kebutuhan peternak ayam layer yang butuh sedikit hanya 200 ribu ton per bulan.

Peneliti Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudistira mengungkapkan  infrastruktur dan jaringan logistik merupakan salah satu hal yang penting untuk mengamnkan pasokan produk pertanian dan pangan, di samping berperan untuk menekan biaya produksi.

Selain itu, dia juga meminta pemerintah mengembangkan teknologi pertanian serta tata kelola rantai pasok pangan. "Akan lebih baik jika ada jalur distribusi khusus untuk pasokan pangan," kata Bhima.

Sebelumnya, musim kemarau panjang yang terjadi di beberapa daerah mengerek harga jual jagung. Sebab, musim panas yang lebih panjang telah mengurangi kadar air dalam jagung sehingga kualitas produksi jagung yang tercapai dalam beberapa waktu terakhir semakin membaik sehingga harganya tinggi.

(Baca juga : Produktivitas Benih Jagung Bantuan Pemerintah Jauh dari Target)

Ketua Umum Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI) Shollahudin menyatakan kadar air hasil produksi jagung bisa mencapai 14% sampai 17%, sesuai kebutuhan industri. “Kualitasnya bagus sehingga harga naik,” kata Shollahudin, bulan lalu.

Selain karena kondisi cuaca, kenaikan harga jagung juga diakuinya karena produksi semester dua yang lebih rendah dibandingkan semester pertama. Menurutnya, semester I biasanya menyumbang 65% terhadap rata-rata produksi jagung selama tahun, sementara 35% sisanya biasanya ada di semester II. Menurut data APJI, produksi jagung nasional pada semester pertama telah mencapai 18 juta ton dari target produksi setahun sebanyak 30 juta ton.

Pasokan yang lebih sedikit pada semester kedua juga menjadi salah satu pemicu harga jagung yang tinggi. “Selama tiga bulan terakhir harga stabil dan ideal untuk industri,” ujar Shollahudin.

Dia menyebutkan harga jagung di tingkat petani saat ini stabil di kisaran Rp 3.500 hingga Rp 3.600 per kilogram dan sekitar Rp 3.900 per kilogram di pabrik. Sementara dari segi kualitas kadar air pada semester pertama atau saat panen musim hujan bisa mencapai 35%. Sehingga harga pada Februari dan Maret hanya sekitar Rp 3.200 per kilogram.

Halaman:
Reporter: Michael Reily