Pemerintah akan meminta Perum Bulog untuk menyerap gabah basah dari petani. Tujuannya, agar petani tetap bisa mendapat harga jual yang tinggi di musim penghujan.
Pembelian sesuai HPP ini didasarkan pada Inpres Nomor 5 Tahun 2015 yang mengatur Harga Pembelian Pemerintah (HPP), untuk gabah di tingkat petani sebesar Rp 3.750 per kilogram. Hanya saja, kualitas beras serapan Bulog ditetapkan dengan kadar air maksimal 25 persen dan bulir hampa kotor maksimal 10 persen.
Sementara, karena curah hujan yang tinggi, pani jadi lebih sulit dipanen dan di keringkan. Akibatnya, di beberapa daerah harga gabah jatuh hingga kisaran Rp 2.700-2.800 per kilogram.
(Baca juga: Harga Anjlok, Jokowi Minta Para Menteri Siapkan Tim Penyerap Gabah)
“Harga tentu dijaga. Bulog jadi offtaker buyer, dia beli dengan harga ditentukan dan naikan kadar airnya,” kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di Jakarta, Rabu (22/2) kemarin.
Enggar mengatakan di sisi lain pemerintah telah mengantisipasi kemungkinan tersendatnya alur distribusi gabah karena cuaca buruk. Caranya adalah dengan mengirimkan gabah ke daerah-daerah sejak bulan Desember 2016.
Selain itu, pemerintah terus melakukan pemantauan atas ketersediaan stok gabah yang berpengaruh terhadap gejolak harga. “Kami monitor apa ada kesulitan ketersediaan tidak serta ada tidaknya gejolak harga,” katanya.
Di sisi lain, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (20/2) mengatakan anjloknya harga gabah tidak hanya terjadi akibat musim hujan, melainkan juga karena adanya stok melimpah.
(Baca juga: Kemendag Pastikan Harga Gula Turun Sebelum April)
Ia mengklaim, saat ini hasil panen telah mencapai 79 juta ton, sementara target pemerintah hanya 75 juta ton. "Itu alasannya, cuaca sama produksi," kata Amran.
Sementara, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Burhanuddin bahwa masalah jatuhnya harga gabah di musim penghujan ini bisa selesai jika lebih banyak penggilingan memiliki mesin pengering.
Sayangnya, 94 persen penggilingan di Indonesia merupakan penggilingan skala kecil dan tidak memiliki mesin pengering. Petani dan para penggiling sampai saat ini masih mengandalkan sinar matahari untuk mengeringkan gabah sebelum digiling. “Proses penggilingan jadi lama, akibatnya harga gabah jatuh,” katanya.
(Baca juga: Serahkan Bantuan Non-tunai, Jokowi: Biar Tidak Dikorupsi)