Kementerian Pariwisata menargetkan kunjungan wisatawan asing muslim mencapai lima juta orang pada 2019. Tahun lalu, kedatangan mereka berjumlah 2,6 juta orang dari total 15,8 juta turis asing.
Salah satu upaya yang Kementerian lakukan adalah meningkatkan standar dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan wisata halal. Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata Ni Wayan Giri Adnyani berharap Indonesia bisa jadi tempat wisata halal terbaik dunia.
Posisi Indonesia saat ini masih di nomor dua bersama Uni Emirat Arab berdasarkan Global Muslim Travel Index (GMTI) 2019. "Kami mengadakan Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) yang mengacu pada GMTI untuk wisata halal," kata Adnyani di Jakarta, Senin (8/4).
(Baca: Sektor Wisata Halal Ditargetkan Tumbuh 30% pada 2019)
Standar GMTI mengacu pada empat kriteria, yaitu akses, komunikasi, lingkungan, dan jasa. Pemerintah terus melakukan perbaikan untuk komponen akses, seperti kebutuhan visa, hubungan udara, serta infrastruktur transportasi. Komponen komunikasi terdiri atas keterjangkauan, kemudahan, dan penggunaan teknologi digital.
Lalu, komponen lingkungan mencakup budaya, jumalah kedatangan, dan iklim. Tarakhir, komponen jasa harus punya kebutuhan pokok, jasa, serta pengalaman unik.
Dalam IMTI, lima destinasi wisata halal terbaik adalah Lombok, Aceh, Kepulauan Riau, Jakarta, dan Sumatera Barat. Kepulauan Riau menyalip masuk ke posisi lima besar dari peringkat tujuh.
(Baca: Erick Thohir: Industri Halal Berpotensi Jadi Penopang Ekonomi)
Adnyani menambahkan, target pertumbuhan pariwisata halal sejalan dengan tumbuhnya wisatawan muslim dunia. Proyeksinya di 2023, pengeluaran wisatawan muslim di dunia mencapai US$ 274 miliar (lebih Rp 3,8 kuadriliun), jauh lebih tinggi dari total pengeluaran tahun 2017 yang sebesar US$ 177 miliar.
Wisata halal untuk peningkatan ekonomi
Chief Executive Officer (CEO) CrescentRating - lembaga penilaian wisata halal independen - Fazal Bahardeen mengatakan, pariwisata halal menjadi kesempatan untuk perluasan ekonomi Indonesia. "IMTI akan membantu para pemangku kepentingan dalam percepatan pertumbuhan pariwisata," ujar Fazal.
Dia mengungkapkan, Indonesia memiliki keunggulan komparatif karena jumlah populasi muslim terbesar dunia, pantai yang indah, infrastruktur dasar, serta warisan budaya beragam.
(Baca: Garap Wisata Halal di Mandalika, Investor Qatar Kucurkan Rp 7 Triliun)
Sementara itu, Ketua Umum Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI) Riyanto Sofyan menjelaskan Indonesia punya potensi untuk mengembangkan pariwisata halal. Menurutnya, pengeluaran wisatawan muslim dengan rata-rata US$ 2 ribu (sekitar Rp 28 juta), jauh lebih besar daripada turis asing pada umumnya yang hanya sekitar US$ 1,1 ribu per kunjungan.
Dia menjelaskan, daerah-daerah wisata lokal harus menyediakan kebutuhan dasar karena kebanyakan wisatawan muslim datang bersama keluarga. Dia pun optimistis kunjungan wisatawan muslim bisa mencapai lima juta orang dari target kedatangan total turis asing 20 juta orang.
(Baca: Pemerintah Genjot Pembangunan Infrastruktur Kawasan Wisata Prioritas)
Pada 2019, CrescentRating dan Mastercard bakal merilis peringkat dalam indeks GMTI. Riyanto berharap hasil terbaru akan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menarik wisatawan muslim.