Tergerus Disrupsi Digital, Nikon Tutup setelah 8 Tahun Operasi di RI

nikon.com
Ilustrasi kamera Nikon. PT Nikon Indonesia berhenti beroperasi di Indonesia setelah delapan tahun hadir.
Penulis: Ekarina
22/10/2020, 07.45 WIB

Peralatan medis seperti endoskopi sekarang mengisi kekosongan penjualan Olympus dan berkontrubusi sekitar empat perlima dari total penjualan tahunan. "Strategi pemangkasan biaya untuk mengatasi pasar kamera digital yang terpukul parah, antara lain karena penyusutan pasar dan evolusi smartphone", kata Olympus dikutip dari Bloomberg, Kamis (26/6).

Sementara mengutip BBC, kehadiran ponsel pintar diyakini sebagai faktor utama menyusutnya pasar kamera. Hal ini pula yang diperkirakan Olympus merugi selama tiga tahun terakhir.

Perusahaan pertama kali bergerak memproduksi kamera pada tahun 1936, setelah selama bertahun-tahun berkutat dalam pembuatan mikroskop.

Berkat inovasinya ini, perusahaan akhirnya berhasil mengembangkan bisnis kamera selama beberapa dekade dan menjadi salah satu perusahaan teratas dengan kepemilikan pangsa pasar terbesar.

"Ada banyak yang menyayangkan Olympus dan mengharapkannya segera kembali," kata Editor Majalah Amateur Photographer, Nigel Atherton.

Tahun 1970-an merupakan titik puncak, dengan kamera mereka diiklankan di televisi oleh fotografer selebriti seperti David Bailey dan Lord Lichfield. "Kamera-kamera itu revolusioner, mereka sangat kecil, sangat ringan dan dirancang dengan indah, memiliki lensa berkualitas sangat bagus," ujar Atherton.

Beberapa konsumen tetap setia dengan produk perusahaan. Olympus kembali berinovasi dengan kamera digital yang diadopsi sejak awal kemunculan teknologinya.

Perusahaan bahkan menargetkan kamera mirrorless untuk pasar menengah yakni untuk pengguna yang bukan fotografer, namun tetap menginginkan bidikin kamera tajam seperti DSLR.

Namun, Atherton menilai Olympus dalam beberapa tahun terakhir tampak tak memiliki kemajuan berarti dalam mengantisipasi disrupsi teknologi. Salah satu contohnya yakni kurangnya terobosan dalam fitur video, di saat para pesaingnya lebih maju.

Selain kalah bersaing dengan produk lain, perusahaan juga menghadapi skandal keuangan besar yang melibatkan eksekutif senior pada 2011.

Halaman: