Sejumlah startup di Indonesia menutup layanan, melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK, bahkan ada yang bangkrut. Google, Temasek, dan Bain pun mengungkap kondisi ekonomi digital Tanah Air.
Hal itu tertuang dalam laporan bertajuk e-Conomy Southeast Asia 2022. Studi menyebutkan bahwa transaksi atau GMV ekonomi digital Indonesia diperkirakan naik 22% secara tahunan (year on year/yoy) US$ 77 miliar atau sekitar Rp 1.198 triliun tahun ini.
Itu baru menghitung e-commerce, berbagi tumpangan (ride hailing) seperti taksi dan ojek online, pesan-antar makanan, perjalanan wisata atau online travel agent (OTA), gim, video on demand (VoD) atau streaming film, music on demand (MoD), serta periklanan.
Sedangkan transaksi khusus teknologi finansial (fintech) baik pembayaran, pinjaman online (lending), investasi, remitansi, maupun asuransi, nilainya mencapai US$ 275,4 miliar atau Rp 4.283 triliun.
Dengan demikian, transaksi ekonomi digital di Indonesia, termasuk fintech mencapai US$ 352,4 atau Rp 5.514 triliun. “Indonesia, Vietnam, dan Filipina jelas menjadi ‘titik panas’ investasi di tahun-tahun mendatang,” demikian isi laporan e-Conomy SEA 2022, akhir pekan lalu (27/10).
Rincian GMV ekonomi digital di Indonesia dapat dilihat pada Bagan di bawah ini:
Meski transaksi hampir mencapai Rp 6.000 triliun, beberapa startup melakukan PHK dan menutup layanan, atau bahkan bangkrut. Salah satu penyebabnya adalah ketatnya pendanaan dari investor modal ventura.
Pendanaan ke startup Indonesia dapat dilihat pada Bagan di bawah ini:
Google, Temasek, dan Bain mencatat bahwa modal ventura di Asia Tenggara memiliki modal tersedia atau dry powder US$ 15 miliar atau sekitar Rp 233,5 triliun. Nilainya turun dibandingkan tahun lalu US$ 16 miliar.
Namun, “modal ventura kemungkinan hanya berinvestasi di startup portofolio atau yang sudah didanai ketimbang menjelajahi perusahaan rintisan yang belum terbukti (kinerjanya),” demikian dikutip.
Meski begitu, mereka menilai bahwa investasi ke startup Asia Tenggara tetap diminati. Kalaupun berinvestasi, investor dari kalangan modal ventura mencari perusahaan rintisan yang valuasinya turun.
“Tujuannya, mencari Return on Investment atau ROI yang lebih tinggi,” demikian dikutip. ROI adalah persentase profit yang bisa didapat dari total jumlah aset investasi.
Daftar Startup Bangkrut saat Pandemi Corona
1. Fabelio
Startup Fabelio sempat disebut-sebut tak bisa membayar gaji pegawai sejak akhir tahun lalu. Pengguna Change.org atas nama karyawan pun membuat petisi pada Agustus 2021.
Petisi di Change.org itu mengumpulkan 3.160 tanda tangan per Desember tahun lalu.
Padahal Fabelio memperoleh pendanaan seri C US$ 9 juta pada 2020. Total dana yang dihimpun US$ 20 juta atau sekitar Rp 300 miliar dari investor seperti AppWorks, 500 Startups, MDI Ventures.
2. Sorabel
Startup ini menutup layanannya secara penuh pada Juni 2020. Perusahaan ini menyasar segmen menengah ke bawah. Namun, sebagian masyarakat pada segmen ini terpukul pandemi virus corona.
Website, saluran sosial media, dan aplikasi Sorabel dihentikan oleh PT Sale Stock Indonesia dan dialihkan kepada PT Berrybenka.
3. Stoqo
Pada April 2020, startup e-commerce dengan model Business to Business (B2B) Stoqo berhenti beroperasi.
4. iFlix
Perusahaan teknologi asal Tiongkok, Tencent membeli iFlix pada 2020.
5. Airy Rooms
Perusahaan operator jaringan hotel murah Airy menghentikan operasionalnya di Indonesia secara permanen terhitung 31 Mei 2020. Ini dilakukan karena perusahaan terpukul pandemi corona.Uang
6. UangTeman
Izin startup teknologi finansial pembiayaan (fintech lending) Digital Alpha Indonesia atau UangTeman dicabut oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Perusahaan rintisan ini pun menggugat Dewan Komisioner OJK.
UangTeman juga dikabarkan belum membayarkan gaji dan pajak penghasilan alias PPh karyawan, sejak akhir 2020. Begitu juga dengan asuransi ketenagakerjaan dan kesehatan.
Daftar Startup Tutup Layanan di Indonesia
Startup bangkrut di atas menutup layanan sepenuhnya. Namun ada juga perusahaan rintisan yang hanya menutup layanan di Indonesia atau beralih ke produk lain, sebagai berikut:
1. Hooq
Perusahaan penyedia layanan video on demand (VoD) Hooq pun menutup layanannya per 30 April 2020.
Setelah melakukan pengajuan likuidasi pada akhir Maret, perusahaan asal Singapura itu tak lagi mengenakan biaya bagi pelanggan lama maupun baru.
2. Beres.id
Startup penyedia jasa perbaikan peralatan rumah tangga asal Malaysia Koadim menutup layanan di Indonesia. Koadim beroperasi di Tanah Air sebagai entitas bernama Beres.id.
3. Gojek
Gojek menutup layanan GoLife meliputi GoMassage, GoClean, dan GoFood Festival per 27 Juli 2020.
4. Brambang
Startup penyedia platform kebutuhan pokok, Brambang menutup layanan groceries pada Mei. Perusahaan rintisan ini beralih ke produk elektronik.
5. Mobile Premier League (MPL)
Unicorn asal India MPL juga melakukan PHK terhadap 10% dari total pegawai atau sekitar 100 orang. Startup e-sports ini juga bersiap untuk keluar dari pasar Indonesia.
6. Sayurbox
Startup penyedia kebutuhan pokok seperti sayur dan buah-buahan ini menutup toko offline Toko Panen di Kelapa Gading, Jakarta Utara pada Juni. Hal ini disampaikan melalui akun Instagram @panen.official pada Juni (16/6).
7. TaniHub
Pada Februari, TaniHub juga menghentikan operasional dua warehouse atau pergudangan yakni di Bandung dan Bali. Startup pertanian ini juga melakukan PHK.
8. Trafi
Aplikasi navigasi transportasi umum Trafi mengumumkan rencana penutupan layanan di Indonesia melalui situs resmi. "Aplikasi Trafi untuk kota Anda akan ditutup. Keputusan ini membuat kami sangat sedih," kata perusahaan pada Juni (23/6).
9. Blocknom
Platform earning aset kripto ini menutup layanan di Indonesia pada Juli.
10. HappyFresh
HappyFresh sempat menutup layanan di Indonesia. Kini, startup penyedia layanan sayuran ini mendapatkan pendanaan berbentuk utang dari Genesis, Innoven, dan Mars.
Namun, nominal dana segar yang diperoleh HappyFresh tidak disebutkan. Startup ini pun memulai kembali operasional di Indonesia pada akhir bulan lalu (21/9).
11. Traveloka
Traveloka menutup tiga layanan yaitu Traveloka Eats, Traveloka Send, dan Traveloka Mart bulan ini.
12. Bananas
Perusahaan rintisan belanja kilat alias quick commerce ini menutup layanan bulan lalu, meski baru beroperasi pada Januari. Bananas berencana menggunakan dana tersisa untuk merambah bisnis baru. Namun mereka belum mau memerinci.
Daftar Startup PHK di Indonesia
Beberapa startup yang menutup layanan sebagaimana disebutkan di atas jug melakukan PHK. Rincian perusahaan rintisan yang melakukan PHK di Indonesia sejak awal tahun ini, yakni:
- Xendit
- Carsome
- Shopee Indonesia
- Tokocrypto
- MPL
- Lummo
- Tanihub
- Mamikos (belum ada konfirmasi)
- Zenius (dua kali PHK)
- JD.ID
- Line
- Beres.id
- Pahamify
- LinkAja
- SiCepat
- Yummy Corp (belum ada konfirmasi)
- Bananas