McKinsey memproyeksikan nilai pasar e-commerce Indonesia akan tumbuh delapan kali lipat dalam lima tahun hingga mencapai US$ 65 miliar atau sekitar Rp 910 triliun pada 2022. Tugas pemerintah adalah memastikan agar kue besar itu dapat dinikmati secara merata oleh masyarakat Indonesia.
Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah, Kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih menyatakan bahwa dengan 250 juta penduduk, Indonesia adalah 40% pasar e-commerce ASEAN. “Kita harus berperan serta untuk menjadi pemain,” ujarnya dalam diskusi seputar festival 9.9 Super Shopping Day di Jakarta, Selasa (4/9).
Kementerian Perindustrian saat ini mendorong Industri Kecil dan Menengah (IKM) beralih ke bisnis digital lewat program e-Smart. Hingga Agustus, jumlah IKM yang tergabung dalam program ini mencapai 3.450 dari target 4 ribu tahun ini. “Kami dari Kementerian Perindustrian sangat mendukung adanya e-commerce,” ujarnya.
Sementara CEO Katadata Metta Dharmasaputra menyatakan, pesatnya pertumbuhan e-commerce dapat berdampak besar bagi perekonomian. "E-commerce akan jadi alat yang sangat signifikan untuk pertumbuhan dan pemerataan ekonomi," ujarnya.
(Baca juga: McKinsey: Pasar E-Commerce RI Melonjak Jadi Rp 910 Triliun pada 2022)
Mengutip survei McKinsey, nilai pasar e-commerce diperkirakan mencapai US$ 65 miliar atau Rp 910 triliun pada 2022. Angka itu naik sekitar delapan kali lipat dari US$ 8 miliar atau Rp 112 triliun pada tahun lalu. Artinya, rata-rata nilai pasar e-commerce Indonesia naik Rp 160 triliun per tahun.
Maka, dalam waktu depat nilai pasar e-commerce akan menyusul Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif yang menurut Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) telah mencapai Rp 1.000 triliun pada 2017. Sementara rata-rata kenaikan PDB ekonomi kreatif tercatat sebesar Rp 67,7 triliun per tahun sejak 2010.
Berkaca dari kajian tersebut, sektor e-commerce dan ekonomi kreatif dinilainya bisa digenjot untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kembali ke level 7-8% per tahun.
Alasannya, e-commerce membuat harga barang menjadi lebih murah dan menyentuh banyak wilayah di Tanah Air. Alhasil, peluang masyarakat untuk berbelanja akan meningkat. "Konsumsi rumah tangga bisa meningkat. Ini bisa menjadi mesin penggerak ekonomi," kata Metta.
(Baca juga: Tunda IPO, Tokopedia dan Bukalapak Fokus Perluas Pasar)
Demi mengukur denyut e-commerce saat ini, Katadata Insight Center (KIC) akan melakukan survei di seluruh Indonesia, termasuk di daerah-daerah terluar. "Hasilnya akan dirilis pada 18 September," ujar Metta.
Head of Government Relations Shopee Indonesia Radityo Triatmojo pun mengamini potensi besar e-commerce sebagai penggerak ekonomi. Di Shopee saja, transaksi (gross merchandise value/GMV) tumbuh 173% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$ 4,1 miliar atau sekitar Rp 59,4 triliun pada Semester I-2018. "Pertumbuhan e-commerce itu sampai berkali-kali lipat dalam setahun," kata dia.
Salah satu strategi Shopee untuk mengambil potensi itu adalah dengan menyediakan layanan pengiriman kilat pada hari yang sama. "Ini sedang kami kembangkan."
Sementara itu, Blibli fokus membangun gudang di beberapa daerah. Dengan begitu, Blibli bisa merengkuh pasar hingga ke daerah terdepan, terluar, dan tertinggal.
Saat ini, Blibli memiliki tujuh gudang yang tersebar di Medan, DKI Jakarta, Tangerang, dan Surabaya. Blibli juga memiliki 14 gudang transit atau hub yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
"Kami dalam proses perluasan di seluruh Indonesia. Keberadaan gudang di berbagai lokasi di Indonesia, untuk mengakomodir pesanan para pelanggan," ujar Public Relation and Community Manager Blibli Christine Lie Hartati.