Lazada Andalkan Teknologi Alibaba untuk Saingi Shopee hingga TikTok

Katadata
Ilustrasi, Kallula feat Dipha Barus membawakan lagu "No One Can Stop Us" untuk acara Lazada Super Par7y di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD City, Kota Tangerang, Selasa (26/3/2019).
Penulis: Desy Setyowati
16/11/2020, 16.10 WIB

Perusahaan e-commerce asal Singapura, Lazada mencatatkan lonjakan pesanan rata-rata harian 100% secara tahunan (year on year/yoy) per 30 Juni. Untuk bisa tumbuh berkelanjutan dan dapat bersaing dengan Shopee hingga raksasa global, seperti TikTok, Lazada mengandalkan sistem logistik dan  teknologi Alibaba.

CEO Lazada Group dan Lazada Indonesia, Chun Li menyebutkan, konsumen aktif bulanan juga mencapai 80 juta per Juli. “Kami berharap dapat melayani 300 juta pelanggan pada 2030,” kata dia kepada Katadata.co.id, pekan lalu (11/11).

Selain itu, volume pesanan per kuartalan meningkat dua kali lipat setiap tahunnya selama tiga tahun terakhir. “Kami melihat pertumbuhan berkelanjutan,” ujar dia.

Li mengatakan, Lazada berfokus membangun bisnis yang sehat dan melalui investasi di bidang infrastruktur. Selain itu, memusatkan upaya pada tiga kekuatan utama yakni e-commerce, teknologi, dan logistik.

Untuk dapat dapat tumbuh berkelanjutan, Lazada mengandalkan dua pilar yaitu armada logistik dan teknologi canggih Alibaba. Ini dinilai dapat meningkatkan pengalaman dan perjalanan pelanggan, dan operasional penjual.

“Teknologi canggih ini tidak hanya memungkinkan kami memanfaatkan fitur-fitur inovatif yang membedakan dengan para pesaing, tetapi juga meningkatkan pengalaman pengguna, mencocokkan dan menghadirkan produk sesuai dan titik harga yang tepat,” kata dia.

Salah satunya algoritme pintar (smart algorithm) yang diklaim dapat mencocokkan dan memberikan produk dengan harga yang tepat kepada pelanggan. Selain itu, Lazada mengadopsi dasbor data untuk memberikan insights kepada para merek (brand) dan mitra penjual terkait bisnis.

Dengan dukungan teknologi Alibaba itu, ia pun optimistis dapat bersaing dengan raksasa global seperti FacebookGoogle dan TikTok yang mulai menyediakan layanan belanja online. “Para pemain baru di pasar harus bersaing dengan kekuatan itu (Alibaba),” ujar Li.

Dari sisi distribusi, Lazada mengintegrasikan sistem logistiknya. Ini memungkinkan perusahaan memusatkan jaringan dan manajemen data, mengalokasikan dan mengontrol rute dengan lebih baik, serta mengelola biaya.

Lazada memiliki gudang berbasis teknologi (fulfilment center) seluas lebih dari 300 ribu meter persegi. Selain itu, mempunyai 15 lebih pusat penyortiran, yang lokasinya dekat dengan pusat penjemputan pertama dan pengiriman terakhir.

Fasilitas logistik tersebut mengadopsi algoritme penentuan rute pintar berbasis data. Ini memungkinkan 85% dari total paket dapat disortir oleh jaringan milik Lazada.

Selain itu, teknologi serupa disematkan pada program penentuan biaya pengiriman. “Ini dapat menurunkan biaya transportasi per paket,” ujarnya.

E-commerce asal Singapura itu juga menggaet aktor Korea Selatan, Lee Min Ho untuk menjadi duta merek (brand ambassador) regional. Langkah ini ditempuh oleh pesaingnya seperti Shopee, juga Tokopedia.

Meski begitu, perusahaan tetap menggaet selebritas lokal seperti Agnez Mo dan Verrell Bramasta. “Pendekatan secara lokal juga merupakan kunci kami,” kata Li.