Sejumlah masyarakat mengeluhkan ketersediaan obat terapi Covid-19 yang mulai jarang. Merespons kondisi tersebut, startup kesehatan dan e-commerce kemudian menyiapkan upaya agar ketersediaan obat tetap terjaga dan harga pun tidak dipermainkan oknum penjual nakal.
Warga Jakarta berusia 29 tahun, Desy mengaku sedang menjalani isolasi mandiri (isoman) karena terbukti positif Covid-19. Untuk menjalani masa isolasi tersebut, ia membutuhkan asupan obat terapi Covid-19, seperti Oseltamifir.
Berbagai upaya dilakukan untuk mendapatkan obat-obatan tersebut, seperti mencari lewat layanan telemedicine dari startup kesehatan. Bahkan, dia sempat meminta bantuan keluarga yang tidak terpapar Covid-19 untuk membeli langsung ke apotek.
"Semua dicoba, tapi susah sekali di telemedicine dan apotek. Aku sudah coba Alodokter, Halodoc, dan Good Doctor," ujarnya kepada Katadata.co.id, Rabu (7/7).
Desy mengaku, sudah banyak layanan yang dia akses demi bisa mendapatkan obat yang dibutuhkan, namun berujung pasokan obat habis. Kalaupun masih tersedia, dia harus membuat janji konsultasi lebih dulu secara offline dengan dokter.
Keluhan soal ketersediaan obat juga datang dari warganet. "Cari obat Covid-19 sudah langka banget dan harganya mahal banget," ujar pengguna Twitter dengan akun @mommybearlucky pada Juni lalu (29/6).
Pengguna Twitter lainnya dengan nama akun @Eeng_gel mengatakan bahwa ketersediaan obat-obatan untuk Covid-19 langka di semua layanan. "Baik pihak apotek, rumah sakit sampai distribusi hanya bisa menunggu ketersediaan stok dari industri farmasi," ujarnya pada Senin (6/7).
Langkanya obat terapi Covid-19 di pasaran disebabkan lonjakan permintaan saat kasus Covid-19 sedang tinggi. Head of Medical Management Good Doctor Adhiatma Gunawan menyatakan memang terjadi peningkatan permintaan obat terapi Covid-19 dalam sebulan terakhir.
Ia mengatakan, tingginya permintaan obat di platform membuat startup kesehatan itu terus berupaya menjaga ketersediaan pasokan obat. "Kami bermitra dengan 2.000 apotek," ujarnya kepada Katadata.co.id, Rabu (7/7).
Sayangnya, ketersediaan obat akan bergantung pada stok di masing-masing apotek. "Kami tidak punya kontrol atas hal itu. Kami hanya berupaya sebisa mungkin sediakan obat-obatan," ujarnya.
Selain melalui apotek ataupun startup kesehatan, beberapa obat-obatan terapi Covid-19 tersedia di platform e-commerce. Hanya saja, tak sedikit oknum yang memanfaatkan momentum kelangkaan obat untuk mencari keuntungan lebih.
Beberapa penjual di sejumlah e-commerce cenderung membanderol harga obat lebih mahal dari Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
Berdasarkan pantauan Katadata.co.id, ditemukan sejumlah penjual di e-commerce yang menjual obat-obat di atas HET. Shopee misalnya, obat oseltamifir 75 mg berisi 10 kapsul dibanderol Rp 500 ribu dari harga seharusnya Rp 260 ribu.
Di Bukalapak, favirapir 200 mg dijual Rp 7,5 juta per 100 tablet atau lebih tinggi dari yang ditetapkan pemerintah yakni Rp 2,25 juta. Di platform ini juga, remdesifir dibanderol Rp 2,9 juta untuk satu vial dari seharusnya Rp 510 ribu.
Beberapa platform e-commerce pun gencar melakukan pemantauan agar harga obat-obatan yang dijual tidak melonjak. Selain pemantauan, e-commerce pun siap menindak oknum nakal yang menjual harga obat di atas HET.
Bukalapak misalnya, akan memblokir penjual yang memasarkan obat-obatan seperti Avigan, Remdesivir, Immunoglobulin, Ivermectin dengan harga di atas HET. "Kami tindak dengan cara memblokir akun penjual dan atau barang yang melanggar tersebut," ujar AVP Marketplace Strategy & Merchant Policy Bukalapak Baskara Aditama dalam keterangan resminya, Senin (5/7).
Pendiri sekaligus CEO Tokopedia William Tanuwijaya juga siap melakukan hal serupa. Bahkan, dia mengaku tidak akan segan untuk bertindak tegas pada penjual yang terbukti melanggar.
"Kami tindak tegas dengan melakukan pemeriksaan, penundaan atau penurunan konten, banned toko atau akun, serta tindakan lain sesuai prosedur,” kata William dalam keterangan resmi pekan lalu.
Sejak tahun lalu, Tokopedia telah menutup permanen toko-toko dan melarang tayang produk yang terbukti melanggar. E-commerce bernuansa hijau ini mengimbau penjualnya untuk menjaga harga dan tidak melakukan upaya penimbunan.
Sedangkan, Shopee memiliki tim internal yang memantau dan melakukan moderasi produk yang dijual di aplikasi. Tujuannya, agar produk yang dijual sesuai regulasi. E-commerce bernuansa oranye itu juga siap menindak pedagang yang menjual produk ilegal, berbahaya, maupun di atas harga eceran tertinggi.
"Kami akan sangat menghargai jika penjual obat ikut mengambil bagian dalam percepatan pemulihan kesehatan masyarakat, dengan mengikuti harga yang sudah ditetapkan," kata Direktur Shopee Indonesia Handhika Jahja dalam siaran pers, Senin (5/7).
Kasus Covid-19 terus melonjak dan terus menyentuh rekor tertinggi. Hari ini (7/7) sebanyak 34.379 kasus bertambah dalam sehari. Alhasil, akumulatif kasus positif di Indonesia naik 2,37 juta kasus. Bahkan, kasus kematian terus bertambah sebanyak 1.040 orang sore ini.
Berdasarkan data Worldometers, penambahan kasus baru Covid-19 di Indonesia hari ini berpotensi jadi yang tertinggi di dunia. Sedangkan di India hari ini hanya bertambah 769 kasus baru, padahal kemarin angka pertambahannya mencapai 34.067 kasus.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan