Startup pertanian dan produk segar TaniHub, Sayurbox, dan Segari mencatatkan peningkatan transaksi hingga empat kali lipat. Untuk memenuhi stok produk, startup sebagian mendapatkan bahan pangan lewat impor.
Chief Marketing Officer and Director of People and Culture TaniHub Group Ritchie Goenawan mengatakan, perusahaan masih menjual produk impor karena kebutuhan konsumen yang besar terhadap salah satu produk. "Karena supply kami ditentukan oleh market demand," ujar Ritchie kepada Katadata.co.id, Kamis (6/1).
Dia mengatakan masih banyak permintaan dari konsumen terhadap sejumlah produk atau komoditas yang sulit dibudidayakan di Indonesia. "Sehingga terdapat produk-produk yang berasal dari negara lain," ujarnya.
Berdasarkan pantauan Katadata.co.id, di platform TaniHub, terdapat produk buah lemon impor seharga Rp 34 ribu per kilogram.
Selain di TaniHub, produk impor terdapat di platform Sayurbox. Terdapat produk blueberry impor dengan harga Rp 60.700 per pack. Kemudian, lemon impor 500 gram seharga Rp 25.700.
Di platform Segari, terdapat produk daging sapi impor dari Brazil. Produk dijual per pack dengan harga Rp 53 ribu. Lalu, lemon impor dari Cina dijual seharga Rp 19.500 per pack.
Ritchie mengatakan meski menjual produk impor, mayoritas produk yang dijual tetap berasal dari petani lokal. Hingga kini, ada 60 ribu petani yang masuk di ekosistem TaniHub Group.
Untuk memastikan ketersediaan barang, Tanihub juga mengembangkan teknologi end-to-end. TaniHub membuat sistem manajemen produk segar, gudang, sistem manajemen transportasi hingga pengembangan platform e-commerce.
TaniHub juga menyediakan fasilitas pinjaman terhadap petani melalui TaniFund. "Agar kami dapat menawarkan akses permodalan kepada petani," katanya.
Katadata.co.id telah meminta tanggapan kepada Sayurbox dan pihak humas eksternal dari Segari. Namun, hingga berita ini dirilis belum ada juga tanggapan.
Transaksi Produk Segar Melonjak
TaniHub telah mencatatkan peningkatan transaksi selama 2021 hingga empat kali lipat. Peningkatan transaksi itu didongkrak oleh semakin banyaknya masyarakat yang berbelanja bahan pangan secara daring saat pandemi Covid-19.
"Pertumbuhan transaksi juga cukup meningkat selama masa liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) yang lalu," kata Ritchie.
Sayurbox juga mencatatkan peningkatan transaksi tahun lalu. Tercatat, pada kuartal I 2021, Sayurbox mencatatkan permintaan layanan meningkat 30% secara tahunan (year on year/yoy). Per 2020, perusahaan menggaet 1.000 petani di beberapa daerah, termasuk Surabaya dan Bali.
Hasil panen dari petani dipasarkan melalui Sayurbox, dan dikategorisasi berdasarkan kualitas seperti imperfect product, grade a, b, dan c.
Tahun lalu, Sayurbox mendapatkan pendanaan seri B yang dipimpin oleh PT Astra Digital International dan Syngenta Group Ventures. Sayurbox tidak memerinci nilai pendanaan keseluruhan. Sedangkan Astra melalui Astra Digital International berinvestasi US$ 5 juta atau sekitar Rp 72 miliar. Investor lain yang berpartisipasi yakni Global Brain Corporation, Ondine Capital, dan Strategic Year Holdings Ltd.
Co-Founder sekaligus Chief Executive Officer Sayurbox Amanda Susanti mengatakan, dana segar tersebut akan digunakan untuk mendorong pertumbuhan bisnis. Salah satunya, mempercepat pertumbuhan rantai pasok di wilayah operasional seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), Surabaya, dan Bali.
Selain itu, ekspansi ke kota baru, termasuk luar Jawa. "Kami sangat senang dengan tingginya permintaan terhadap layanan Sayurbox di Jawa dan wilayah lainnya di Indonesia," kata Amanda dalam siaran pers, tahun lalu (27/4/2020).
Sedangkan Segari dalam waktu kurang dari 12 bulan berdiri sudah bisa memenuhi kebutuhan pokok di pangsa pasar DKI Jakarta. Segari juga berhasil meningkatkan jumlah pengguna, pesanan, dan pendapatannya lebih dari 20 kali lipat.
Segari saat ini melayani sekitar 250.000 pengguna. Segari memiliki jaringan mitra petani yang luas di Jawa dan Sumatera dan sistem desentralisasi gudang serta jaringan mitra penjualan.
Tahun lalu, Segari juga mendapatkan pendanaan seri A senilai US$ 16 juta atau Rp 226,8 miliar. Pendanaan tersebut dipimpin oleh perusahaan modal ventura besutan Gojek, Go-Ventures.
CEO Segari Yosua Setiawan mengatakan, perusahaan memanfaatkan dana segar yang dipimpin Gojek itu untuk memperkuat infrastruktur. "Agar konsumen bisa menerima bahan makanan berkualitas dengan lebih cepat dan biaya yang lebih murah," kata Yosua tahun lalu (7/9/2021).
Selain itu, Segari juga berencana memperkuat dan menambah tenaga kerja atau tim di berbagai bidang. "Kami tambah tim di operasional, teknologi, dan marketing," ujarnya.