Alibaba dikabarkan menyuntik modal Lazada US$ 378 juta atau sekitar Rp 5,5 triliun. Kabar ini diketahui dari dokumen pengajuan kepada Accounting and Corporate Regulatory Authority Singapura.

“Modal tersebut diberikan dalam bentuk saham baru yang dikeluarkan oleh Lazada kepada entitas Alibaba Group yang berbasis di Singapura,” demikian dikutip dari Tech In Asia, Senin (9/5).

Katadata.co.id mengonfirmasi rumor tersebut kepada Lazada. Namun belum ada tanggapan hingga berita ini dirilis.

Tech in Asia sebelumnya menghitung bahwa Alibaba menyuntikkan sekitar US$ 4,4 miliar ke Lazada selama 2018 hingga 2020. Nilai ini masih di bawah dana yang diperoleh oleh Shopee untuk ‘berperang’ dengan e-commerce lain US$ 6,6 miliar pada periode yang sama.

Suntikan modal terbaru dari Alibaba ke Lazada kabarnya untuk menyasar pasar Eropa. Shopee lebih dulu merambah pasar ini.

Kepala bisnis perdagangan digital internasional Alibaba, termasuk Lazada, AliExpress, dan Alibaba.com Jiang Fan disebut-sebut berada di Singapura bulan lalu untuk membahas cara menggunakan aset luar negeri dengan lebih baik.

Analis industri telah menyarankan bahwa pasar potensial untuk Lazada di Eropa adalah di mana AliExpress beroperasi. Pada 2021, Spanyol dan Prancis termasuk di antara lima pasar teratas AliExpress di seluruh dunia, menurut perkiraan perusahaan pihak ketiga.

Ekspansi ke Eropa dinilai dapat membantu Lazada membangun momentum untuk mencatatkan saham perdana alias IPO.

Sebelumnya, sumber Bloomberg mengatakan bahwa Alibaba Group menunda pembicaraan dengan investor terkait penggalangan dana US$ 1 miliar atau Rp 14 triliun untuk Lazada. Penundaan itu terjadi karena investor tidak sepakat atas valuasi e-commerce asal Singapura ini.

Menurutnya, raksasa teknologi asal Cina itu berencana memberikan dana segar dengan tujuan spinoff dan IPO Lazada. Dana segar yang disiapkan Rp 14 triliun.

Namun Alibaba menghentikan rencana penggalangan dana dengan alasan tidak ada kesepakatan dengan investor terkait valuasi Lazada. Selain itu, raksasa e-commerce Cina ini menilai kondisi pasar saat ini tidak begitu baik untuk pendanaan jumbo.

Alibaba juga menghadapi serangkaian tekanan dari pemerintah Cina. Perusahaan milik Jack Ma ini pun menghadapi persaingan di pasar lokal dengan JD.com dan Pinduoduo.

Namun Alibaba masih berencana memberikan pendanaan kepada Lazada. Investasi ini dilakukan seiring kondisi pasar yang berubah.

Alibaba juga tidak mengubah rencananya untuk menjadikan Lazada sebagai perusahaan terpisah. Ini supaya Lazada bisa bersaing di pasar Asia Tenggara.

Perusahaan asal Cina itu berinvestasi di Lazada sejak 2016. “Alibaba ingin Lazada melayani lebih dari 300 juta pengguna pada akhirnya,” demikian isi presentasi yang diunggah di situs web dikutip dari Bloomberg, akhir tahun lalu (17/12/2021).

Alibaba juga menargetkan transaksi bruto atau gross merchandise value (GMV) platform Lazada di Asia Tenggara US$ 100 miliar atau sekitar Rp 1.433 triliun.

Pada tahun lalu, GMV Lazada di Asia Tenggara meningkat menjadi sekitar US$ 21 miliar atau sekitar Rp 302 triliun. Namun, nilai ini jauh di bawah Shopee dari Sea Group yang mencapai US$ 56 miliar selama kuartal IV 2021.

Sea yang didukung oleh Tencent menaikkan perkiraan pendapatan e-commerce tahunan untuk kedua kalinya tahun lalu. Itu menggarisbawahi bagaimana pandemi corona mendorong belanja online.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan