Meski begitu, ia optimistis bahwa adopsi aset kripto secara global masih tahap awal. Ia mencatat, baru 300 juta orang di dunia yang menjadi investor, dan sekitar 18 ribu entitas bisnis yang menggunakan kripto.

Survei Luno dan YouGov tahun ini mengungkapkan beberapa alasan masyarakat umum ragu berinvestasi aset kripto. Hasilnya, sekitar 62% responden Indonesia tidak berinvestasi cryptocurrency karena tidak memahami cara kerjanya.

Responden menilai, pengetahuan yang lebih baik tentang kripto menjadi faktor terpenting untuk mendorong mereka berinvestasi di aset digital ini.

Merujuk pada data tersebut, Luno membentuk program edukasi bernama Luno Academy. Ini bertujuan mengedukasi masyarakat tentang investasi kripto, khususnya di Indonesia.

“Stigma negatif seputar investasi kripto kebanyakan berasal dari orang-orang yang belum sepenuhnya mengerti. Misalnya, anggapan bahwa membeli atau berinvestasi di kripto itu sulit dan hanya investor ahli yang bisa melakukannya,” ujar Jay.

Untuk mendorong lebih banyak transaksi dan menggaet pengguna, perusahaan rintisan asal Singapura itu berencana meluncurkan program lain tahun depan. “Terutama yang bersifat edukatif, agar dapat membantu orang Indonesia yang ingin berinvestasi di kripto tetapi masih awam dengan konsepnya,” katanya.

Terlebih lagi, selebritas dan perusahaan di Indonesia mulai merambah Non-Fungible Token (NFT). Berdasarkan laporan Messari Crypto, fase 'Web3' diprediksi semakin meluas.

Web3 mengacu pada fase ketiga pengembangan internet. Contohnya, dengan kepemilikan kripto, NFT hingga aset digital dalam dunia virtual alias metaverse.

Halaman: