Analis memperkirakan, serangan siber berupa ransomware marak menyasar aset kripto tahun ini. Selain itu, akan ada beberapa aturan baru terkait cryptocurrency.
Senior tech officer di Chainalysis Gurvais Grigg mengatakan, serangan siber ransomware terhadap uang kripto akan masif karena menyertakan fitur yang menarik peretas. Namun, ia tidak memerinci fitur yang dimaksud.
Ia hanya menyampaikan bahwa serangan siber ransomware dipilih karena sulit dilacak dan tanpa batas. Setelah terjadi peretasan, hampir tidak mungkin untuk melepas virus ini.
"Kami melihat akan lebih banyak peretas beralih ke kripto dan layanan yang menjanjikan tahun ini. Mereka meretas cryptocurrency untuk mengaburkan dana terlarang karena kesalahpahaman tentang anonimitas total,” kata Grigg dikutip dari CNET, akhir pekan lalu (1/1).
Perusahaan analisis kejahatan siber Comparitech juga mencatat, peretasan yang menyasar aset kripto meningkat. Nilai aset yang dicuri naik dari US$ 1,49 miliar pada 2020 menjadi US$ 4,25 miliar tahun lalu.
Grigg memperkirakan, sistem cryptocurrency yang rawan terkena peretasan tahun ini adalah pasar keuangan terdesentralisasi atau DeFi. Menurutnya, industri ini baru lahir tetapi berkembang di pesat. Ini menjadi target populer bagi peretas dunia maya pada 2022.
"Penjahat cenderung mengeksplorasi DeFi sebagai target peretasan dan sarana untuk mencoba pencucian dana," kata Grigg.
Selain tren kejahatan siber, analis lainnya memperkirakan ada banyak aturan baru terkait kripto tahun ini. “Saya pikir, di tingkat pemerintahan dan parlemen akan ada lebih banyak percakapan seputar kripto dan blockchain,” kata CEO Stellar Development Foundation Denelle Dixon.
Anggota parlemen di Amerika Serikat (AS) misalnya, sudah merasakan bahwa uang kripto adalah hal yang besar dan penting. Akan tetapi, menurut Dixon, mereka masih berjuang untuk memahaminya.
"Mungkin hanya masalah waktu sebelum kripto mendapatkan momen serangkaian aturan dari parlemen," katanya.
Tahun lalu, ada sejumlah aturan terkait kripto yang berencana digarap. Pada Desember 2021, eksekutif dari enam perusahaan cryptocurrency dipanggil untuk bersaksi di depan House Financial Services Committee.
Mereka membahas jalur potensial untuk Undang-Undang masa mendatang kripto.
Tren lainnya, uang kripto akan bergerak lebih jauh ke arus utama. "Saya harap akan ada lebih banyak fokus cryptocurrency pada utilitas," kata Dixon.
Lalu, cryptocurrency bakal memberikan ruang pada aset digital Non Fungible Token atau NFT. Pendiri OpenSea mengatakan, NFT menjadi cara baru untuk menentukan kepemilikan properti digital menggunakan buku besar blockchain.
NFT akan semakin populer di bidang seni dan koleksi. "Kemungkinan NFT ini tidak terbatas, karena mereka dapat digunakan untuk mencatat kepemilikan aset unik apa pun," kata Atallah.
Terakhir, tren terkait stablecoin. Menurut Coinbase, stablecoin merupakan aset digital yang menjembatani uang kripto dengan uang fiat, karena harganya dipatok pada aset cadangan seperti dolar AS atau emas.
"Orang-orang harus mulai memperhatikan tren stablecoin baik sebagai media pembayaran dan sebagai mata uang digital dolar," kata vice president of product di Circle Rachel Mayer.