Warganet yang mengaku sebagai pemberi pinjaman (lender) TaniFund mengeluhkan dana yang mereka terima lebih kecil dibanding yang mereka investasikan. TaniFund memang menghadapi lonjakan kredit bermasalah.

Tingkat wanprestasi TaniFund lebih dari 90 hari atau TWP 90 64%. Startup pinjaman online alias teknologi finansial (fintech lending) ini menyalurkan pinjaman total Rp 520,94 miliar.

Kredit yang sudah dibayar Rp 393,19 miliar. Pinjaman outstanding atau yang masih berjalan Rp 127,75 miliar.

Pengguna Twitter @noerazhka mengatakan, dirinya berinvestasi di TaniFund Rp 500 ribu. Uang yang kembali hanya Rp 45 ribu. “Sebuah pelajaran, bye peer to peer (P2P) lending,” kata dia, Kamis (15/12).

Hal senada disampaikan oleh @adiprasetyow2. Ia berinvestasi Rp 5 juta untuk proyek budidaya telur ayam di Purwakarta. Namun yang dikembalikan hanya Rp 451 ribu.

Ia mengunggah tangkapan layar yang menunjukkan bahwa dana Rp 451 ribu itu diberikan oleh perusahaan asuransi PasarPolis, karena proyek di TaniFund yang gagal bayar.

“Dan yang ditakutkan terjadi. TaniFund mengambil langkah (pengembalian pakai) asuransi. Dan yang cair tidak sampai 10%. Kalau lender protes, mereka akan menghadapkan lender versus perusahaan asuransi,” kata @pringadi_as.

Katadata.co.id sudah mengonfirmasi kepada kedua warganet yang mengaku sebagai lender TaniFund tersebut. Namun belum ada tanggapan.

Lender TaniFund pun mengajukan gugatan perdata kepada TaniFund, pengurus, dan pemegang saham.

Dalam keterangan pers, kuasa hukum lender Hardi Syahputra Purba menyampaikan bahwa gagal bayar TaniFund diperkirakan Rp 14 miliar dari 128 pemberi pinjaman.

“Klien sudah mengirimkan somasi melalui kantor hukum kami, jika pihak TF (TaniFund) tidak kooperatif mengembalikan dana klien,” kata Hardi kepada Katadata.co.id, Kamis (15/12).

“Komunikasi dengan TF sudah ada. Mereka akan bertemu dengan kami pada 19 Desember untuk mediasi,” tambah dia.

Katadata.co.id beberapa kali mengonfirmasi hal itu kepada sejumlah hubungan masyarakat (humas) TaniFund dan pendiri TaniHub perusahaan Pamitra Wineka, yang tak lagi menjabat CEO sejak Juni. Namun belum ada tanggapan.

Reporter: Lenny Septiani