Baru-baru cerita karyawati berinisial T viral di media sosial lantaran nyaris dibawa kabur pengemudi, setelah memesan layanan GrabCar. Grab menyampaikan, akun mitra pengemudi tersebut sudah dinonaktifkan.
Deputy Director of Public Affairs Grab Indonesia Tirza Reinata Munusamy mengatakan, perusahaan sudah mengambil tindakan tegas terkait insiden tersebut. "Kami menonaktifkan akun mitra pengemudi yang bersangkutan, sambil menginvestigasi," kata dia kepada Katadata.co.id, Senin (10/2).
Insiden tersebut tidak menimbulkan kecemasan lebih lanjut karena penumpang menggunakan tombol darurat (emergency button). Menurut dia, fitur itu efektif memberikan keamanan bagi penumpang.
“Terkait insiden ini sudah ditangani langsung oleh satuan tugas Grab saat tombol darurat itu diaktifkan,” kata kata Tirza. Hal ini sesuai dengan komitmen perusahaan memberikan dukungan dan bantuan yang dibutuhkan penumpang.
(Baca: Gojek & Grab Respons Maraknya Penipuan Lewat Aplikasi Mitra Pengemudi)
Grab meluncurkan peta jalan (roadmap) Teknologi Keselamatan pada Oktober 2018. Program itu memuat beberapa inisiatif serta fitur keselamatan dan keamanan seperti tombol darurat, bagikan informasi perjalanan, serta aporkan masalah keselamatan.
Perusahaan juga menerapkan fitur Free Call (VoIP) yang memungkinkan penumpang dan pengemudi memilih kontak untuk panggilan gratis melalui aplikasi Grab. Selain itu, ada verifikasi wajah pelanggan dan pengemudi melalui swafoto. Hal ini untuk memastikan identitas pengguna.
“Kami memiliki tim yang difokuskan untuk dapat menangani kebutuhan-kebutuhan terkait hal ini (keamanan dan keselamatan pengguna),” kata Tirza. Namun belum ada penjelasan apakah pengemudi yang bersangkutan benar mitra Grab.
(Baca: CCTV hingga Tombol Darurat, Cara Grab dan Gojek Jaga Keamanan Konsumen)
Pernyataan ini merespons insiden yang dialami pengguna GrabCar, berinisial T. Dikutip dari akun Twitter @mllerasya, Rasya bercerita bahwa temannya T hampir diculik pengemudi, setelah memesan GrabCar pada pekan lalu (7/2).
Perempuan dengan nama akun Instagram @tiannnwu itu bercerita memesan GrabCar pada pukul 14.00 WIB ke kantornya di kawasan Darmawangsa, Jakarta Selatan. Setelah mengantar teman, ia berencana melanjutkan perjalanan ke ICE BSD, Serpong, Tangerang.
Ia sempat curiga karena pengemudi tidak segera beranjak dari lokasi awal. Namun, 15 menit kemudian, pengemudi sampai di tempat penjemputan. Ia pun masuk ke mobil.
“Jalan dari indekos ke arah kantor seharusnya putar balik, tetapi dia justru lurus. Saya bilang ‘Pak putar balik saja, kalau di depan itu macet dan jauh putarannya’,” kata T. Namun, pengemudi berkukuh mengemudi lurus dengan alasan mengikuti aplikasi peta.
Ia mendengar panggilan suara mirip handy talky (HT) dan diterima pengemudi dengan berbisik. “Dia jawabnya bisik-bisik 'poin satu, masuk satu'," katanya menirukan sopir tersebut. Beberapa kali pengemudi meliriknya lewat kaca spion.
(Baca: Gojek dan Grab Tanggapi Viral Driver Ojol Tipu dan Lecehkan Konsumen)
Perjalanan justru semakin jauh dari tujuan awal. “Saya tegur ‘Pak, tujuan pertama ke Darmawangsa sesuai aplikasi.’ Dia hanya menjawab, 'iya ke sana kok mengikuti map',” kata T.
Lantas, T menghubungi temannya dan mengirimkan lokasi terkini (share location). Ia semakin panik begitu mengetahui sopir masuk ke tol Jakarta-Merak. Saat menegur, pengemudi justru sedang menghubungi seseorang dengan berbisik.
Tak lama berselang, pengemudi sengaja berhenti mendadak, sehingga membuat ponsel T dan barang-barangnya jatuh. Lalu, sopir tancap gas. T langsung teringat tombol darurat di aplikasi Grab dan langsung menekannya.
Ia menjelaskan kronologi kepada petugas, sementara pengemudi menatapnya tajam dan berteriak bahwa sopir mengikuti aplikasi peta. “Saya tetap berbicara dengan operator,” katanya, yang menggunakan pengeras suara saat melakukan panggilan.
Operator mengatakan bahwa tim Grab segera menuju lokasi korban. Setelah itu, sopir menurunkan T di pinggir tol.
Tim Grab pun tidak menghentikan panggilan tersebut hingga T berada di tempat yang aman. “Tidak lama setelah itu mereka sigap menawarkan armada lain untuk menjemput dan satgas mau menemani saya lapor ke kepolisian,” kata T.
(Baca: Rilis Dua Fitur Keamanan, Grab Klaim Kasus Kriminal Turun 45 %)