Facebook dan Twitter Tutup Ratusan Akun Palsu Pendukung Presiden Trump

ANTARA FOTO/REUTERS/Leah Milli
Ilustrasi, Presiden Amerika Serikat Donald Trump berpidato pada reli kampanye di Battle Creek, Michigan, Amerika Serikat, Rabu (18/12/2019).
23/12/2019, 11.11 WIB

Facebook dan Twitter menutup ratusan akun palsu yang mendukung Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Akun-akun tersebut ‘menyamar’ sebagai warga Negeri Paman Sam.

Berdasarkan kajian kedua perusahaan teknologi itu, akun palsu tersebut menggunakan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk membuat foto profil. Penutupan akun-akun palsu itu pun dilakukan pada akhir pekan lalu (20/12).

Dalam blog resminya, Facebook mengatakan bahwa oknum menghubungkan akun-akun itu dengan perusahaan media yang berbasis di AS bernama The BL. Kabarnya, perusahaan itu memiliki hubungan dengan Epoch Media Group.

Epoch Media Group dimiliki oleh perusahaan surat kabar The Epoch Times. Perusahaan itu dikaitkan dengan gerakan Falun Gong yang juga pro-Trump.

(Baca: Pengusaha Minta BI dan Menkeu Mewaspadai Dampak Pemakzulan Trump)

Namun, Penerbit Epoch Times Stephen Gregory membantah kabar tersebut. “The Epoch Times dan The BL perusahaan media yang tidak terafiliasi,” kata dia dalam siaran pers, dikutip dari CNN Internasional, kemarin (22/12).

Ia menjelaskan, BL didirikan oleh seorang mantan karyawan Epoch Times dan mempekerjakan beberapa mantan pegawainya. Menurut dia, hal itu semestinya bukan menjadi bukti adanya hubungan antara kedua perusahaan.

BL memang bagian dari Epoch Times Vietnam. “Dapat dilihat di halaman arsip situs web The Epoch Times, Epoch Times Vietnam tidak lagi terdaftar sebagai bagian dari Epoch Media Group per Oktober 2018,” katanya.

Menanggapi hal itu, Juru Bicara Facebook mengatakan kepada CNN Business bahwa eksekutif di The BL merupakan administrator aktif di Epoch Media Group Pages. Akun palsu itu juga mengunggah konten BL di grup Facebook lain, berpura-pura menjadi warga Amerika.

Pesan Pro-Trump sering kali diunggah oleh akun-akun palsu tersebut. "Frekuensi (unggahannya) sangat tinggi,” kata Juru Bicara Facebook. Unggahan itu dihubungkan ke situs di luar platform milik BL dan The Epoch Times. Akun dan halaman itu dikelola oleh individu berdomisili di AS dan Vietnam.

(Baca: Ragam Dampak Pemakzulan Presiden Trump ke Pasar Modal)

“BL sekarang dilarang dari Facebook," kata Head of Cybersecurity Policy of Facebook Nathaniel Gleicher. Ia menegaskan bahwa divisinya akan menyelidiki semua jaringan yang terhubung dengan BL. “Kami akan ambil tindakan yang sesuai.”

Facebook menghapus 610 akun, 89 halaman, 156 grup, dan 72 akun Instagram yang terhubung ke organisasi tersebut. Salah satu halaman itu bahkan diikuti oleh sekitar 55 juta akun palsu.

Lalu, salah satu akun Instagram yang terhubung dengan jaringan itu memiliki 92 ribu pengikut. Facebook mencatat, organisasi pro-Trump itu menghabiskan hampir US$ 9,5 juta atau sekitar Rp 132,8 miliar untuk beriklan di platform.

Hal serupa juga dilakukan oleh Twitter. Sebagaimana diketahui, parlemen AS setuju untuk memakzulkan Trump. Proses selanjutnya, Senat yang akan melakukan siding untuk memutuskan hal itu. Sekadar informasi, mayoritas anggota Senat merupakan Republik, partai pendukung Trump.

(Baca: Pemakzulan Trump, Sri Mulyani: Kita Harus Waspada)

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan