Investor asing hingga lokal seperti Sequoia India, East Ventures, SMDV, Pavilion Capital, hingga Agaeti Venture Capital menanamkan modal di bisnis kuliner seperti Kopi Kenangan dan Fore. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengungkapkan tiga alasan bisnis kuliner Indonesia diminati investor.
Pertama, jumlah penduduk milenial Indonesia sangat besar. Berdasarkan proyeksi penduduk 2015-2045 hasil Survei Penduduk Antar Sensus (Supas) 2015 Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk mencapai 269,6 juta jiwa pada 2020. Angka tersebut terdiri atas 135,34 juta laki-laki dan 134,27 juta perempuan.
Sebanyak 66,07 juta masuk kategori usia belum produktif (0-4 tahun). Kemudian 185,34 juta tergolong usia produktif (15-64 tahun), dan 18,2 juta merupakan penduduk usia tidak produktif (65 tahun ke atas).
“Ini target pasar—yang sebenarnya—bagi siapapun (investor asing maupun lokal) ingin berinvestasi di bisnis kuliner Indonesia," kata Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenparekraf Rizki Handayani Mustafa kepada Katadata.co.id di Jakarta, Kamis (21/11).
(Baca: Investor Asal India, Sequoia Ungkap Potensi Bisnis Kopi Kenangan)
Kedua, Indonesia memiliki beragam potensi kuliner. Kopi misalnya, ada berbagai jenisnya di Tanah Air mulai dari gayo, kintamani, toraja, jawa, lanang, luwak, wamena dan banyak lagi.
Ia pun tidak heran investor seperti Sequoia India menyuntikkan dana US$ 20 juta atau Rp 288 miliar ke Kopi Kenangan pada Juni lalu. “Kopi Indonesia sudah diekspor. Beberapa nama besar (pemegang merek kafe) sudah tahu ini dari mana,” kata dia.
Terakhir, menurut Rizki, sumber daya manusia (SDM) Indonesia tergolong kreatif dalam mengolah produk kuliner, baik makanan tradisional hingga campuran modern. “Memang masyarakatnya jadi market, tetapi ada juga yang memproduksi. Indonesia juga beragam jenis makanan yang menarik,” katanya.
(Baca: Jadi Investor di 3 Unicorn, Sequoia Sediakan Rp 28 Miliar per Startup)
Ia berharap, kehadiran investor asing di bisnis kuliner Indonesia mendorong pertumbuhan ekonomi dan industri. Selain itu, ia optimistis produk makanan dan minuman Tanah Air bakal lebih dikenal di kancah internasional,” kata dia.
Sebelumnya, Director Surge di Sequoia Capital India Rajan Anandan mengatakan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia menyukai kopi. Berdasarkan fakta itu saja, ia menilai bisnis ini potensial.
Di satu sisi, Kopi Kenangan mengadopsi teknologi. Salah satunya dengan merilis aplikasi. Sedangkan di Indonesia ada sekitar 171,2 juta pengguna internet. “Banyak perusahaan saat ini menggunakan teknologi dan tetap mempertahankan produk (bisnis intinya),” kata dia di sela-sela acara Tech in Asia di JCC, Jakarta, beberapa waktu lalu (9/10).
(Baca: Modal Ventura Gencar Investasi di Kedai Kopi Indonesia)
Adopsi teknologi bahkan meluas di banyak bidang. Properti misalnya, ada startup Bobobox dan OYO yang mengadopsi teknologi dalam menyediakan layanan. Lalu, muncul startup asuransi berbasis digital (insurtech). Di bidang transportasi ada Gojek dan Grab.
Selain itu, menurutnya hal utama yang perlu diperhatikan yaitu membangun merek (brand). “Sama seperti Kopi Kenangan, ada pengaruh teknologi untuk membangun merek ke konsumen. Itu dibangun di India, Singapura, dan juga Indonesia,” kata dia.
Dengan konsep grab and go, konsumen bisa memesan kopi melalui aplikasi dan mengambil pesanannya tanpa perlu mengantre. Model pelayanan seperti ini cocok untuk konsumen di perkotaan, yang sering menghadapi kemacetan.
(Baca: Selain Startup Digital, Kafe jadi Target Investasi Venture Capital)