Menteri Malaysia Ungkap Alasan Negaranya Butuh Gojek

Instagram |@syedsaddiq
Ilustrasi, Pimpinan Gojek, yakni Nadiem Makarim dan Andre Soelistyo bertemu dengan Perdana Menteri Malaysia Perdana Menteri Malaysia Tun Mahathir Mohamad, Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia Syed Saddiq, dan Menteri Transportasi Anthony Loke Siew Fook beberapa waktu lalu (19/8). Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia Syed Saddiq Syed Abdul Rahman mengungkapkan beberapa manfaat jika Gojek beroperasi di negaranya.
Penulis: Desy Setyowati
17/10/2019, 12.23 WIB

(Baca: Pengemudi Uber Berstatus Karyawan, Bagaimana dengan Gojek dan Grab?)

Sebelumnya, Menteri Transportasi Malaysia Anthony Loke Siew Fook menegaskan bahwa Gojek belum mendapat izin beroperasi di negaranya. Yang disetujui oleh para menteri di Kabinet adalah konsep layanan berbagi tumpangan menggunakan sepeda motor atau ojek online.

Anthony menyampaikan Kabinet belum membuat keputusan terkait izin operasional decacorn asal Indonesia itu. “Ada banyak kebingungan terkait masalah ini. Saya perjelas lagi, Kabinet belum menyetujui Gojek untuk beroperasi di sini (Malaysia),” kata dia dikutip dari New Straits Times, beberapa waktu lalu (3/9).

Pemerintah Malaysia menilai konsep layanan ojek online, sebagaimana disampaikan Gojek, sangat bagus. Pertama, karena membuka lapangan pekerjaan. Para menteri di Malaysia melihat, layanan tersebut bisa menjadi alternatif bagi masyarakat yang ingin mencari tambahan penghasilan.

(Baca: Ketatnya Persaingan di Balik Penolakan Gojek di Malaysia)

Bahkan, warga Malaysia yang tengah menempuh pendidikan di perguruan tinggi dapat mencari pendapatan melalui jasa seperti ini. Malaysia mencatat, ada sekitar sembilan juta penduduk dewasa yang berpenghasilan kurang dari 3 ribu ringgit. Layanan ojek online diharapkan bisa menyelesaikan persoalan tersebut.

Kedua, konsep konektivitas first-mile-last-mile yang diusung Gojek. Maksudnya, layanan ojek online menjadi penghubung bagi masyarakat yang ingin menggunakan transportasi umum. Misalnya, untuk menuju halte, stasiun, dan lainnya.

Apalagi ada sekitar 40% kelas menengah di Malaysia yang membeli kendaraan sendiri. Maka, layanan berbagi tumpangan bisa menjadi solusi atas persoalan lain, seperti kemacetan.

(Baca: Didemo Ratusan Ojek Online, Bos Taksi Malaysia Akan Bawa Layanan ke RI)

Halaman: