PT Kereta Api Indonesia (Persero) (KAI) tertarik menyetorkan modal di PT Fintek Karya Nusantara (Finarya), perusahaan pengelola platform LinkAja. Namun, perseroan belum menyiapkan dana untuk merealisasikan rencana tersebut,
"Belum sampai ke situ (persiapan dana) karena besarannya (saham) juga belum dibicarakan. Kan hanya baru ada sinyal bahwa kemungkinan KAI nantinya dikasih share (saham)," kata Direktur Utama KAI Edi Sukmoro di sela-sela acara Buka Puasa Bersama Media di Hotel Borobudur, Jakata, Selasa (14/5).
Edi mengatakan, keputusan soal besaran saham yang bakal dimiliki oleh KAI pada Finarya berada di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selaku pemegang saham KAI. "Jadi, nanti kami diundang untuk juga ikut berpartisipasi di LinkAja," ujarnya.
Meski belum dibicaran soal kepemilikan saham, Edi memastikan, KAI bakal menggunakan platform LinkAja karena banyak integrasi yang bisa dilakukan dengan platform tersebut dengan BUMN lain, terutama untuk anak usahnya PT Kereta Commuter Indonesia. "Pasti kerja sama antara BUMN yang sifatnya sinergi ini kami dukung," katanya.
(Baca: Dirilis Usai Lebaran, LinkAja Siapkan Fitur Pembayaran hingga Pinjaman)
Tidak hanya KAI saja yang belum menganggarkan dana untuk suntikan modal awal ke Finarya, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) juga belum memutuskan hal tersebut karena hal yang sama. Terlebih, selain KAI, PT Jasa Marga (Persero) Tbk digadang-gadang bakal masuk sebagai pemegang saham Finarya.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Direktur Utama BNI Achmad Baiquni beberapa hari yang lalu. Baiquni mengatakan, perkembangan LinkAja sangat menggembirakan karena potensinya sangat besar. "Transaksi uang elektronik di jalan tol mencapai empat juta transaksi, sedangkan di commuter line mencapai satu juta transaksi per hari," kata Baiquni di kantornya, Jakarta, Senin (13/5).
Sebelum Jasa Marga dan KAI tertarik untuk masuk sebagai pemegang saham, Finarya bakal dimiliki oleh beberapa perusahaan pelat merah. Telkomsel akan menguasai 25% saham. BNI, bersama BRI dan Mandiri masing-masing memegang 20%. Sementara BTN memegang 7%. Sisanya, akan dibagi untuk Pertamina, Jiwasraya, dan Danareksa.
(Baca: BNI Belum Pastikan Besaran Suntikan Modal ke LinkAja)
Meski belum bisa memastikan besaran suntikan modal dan porsi saham di Finarya, namun Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidarta mengatakan, pihaknya sebenanya sudah menyiapkan dana untuk menyuntikkan modal ke Finarya meski dia tidak menyebutkan besarannya. "Kita sudah siapkan, gak terlalu lama, kita tinggal tunggu perintah Juni," kata Herry.
LinkAja merupakan gabungan dari aplikasi pembayaran milik BUMN. Di antaranya TCash dari Telekomunikasi Selular (Telkomsel), TBank dan MyQR milik Bank Rakyat Indonesia (BRI), e-cash dari Bank Mandiri, serta yap! dan UnikQu dari Bank Negara Indonesia (BNI).
Saat ini, LinkAja sedang memproses perizinan ke Bank Indonesia (BI) untuk menyediakan beberapa layanan. Izin yang diajukan fintech pembayaran seperti penyedia layanan uang elektronik (e-money), dompet elektronik (e-wallet), lembaga keuangan digital, dan transfer dana.
(Baca: BRI Siap Suntik Rp 1 Triliun untuk Penyertaan Modal ke Finarya)