Grab Sebut Order Fiktif Ojek Online Tak Hanya Terjadi di Indonesia

Arief Kamaludin|KATADATA
Penulis: Desy Setyowati
Editor: Pingit Aria
7/6/2018, 19.58 WIB

Kedua, menerapkan fitur yang memungkinkan peforma mitra tetap terjaga, ketika ada pengemudi yang membatalkan pesanan dalam 30 detik. Sebab, biasanya pembatalan di bawah satu menit itu mengindikasikan order fiktif. Ketiga, fitur untuk mempertahankan peforma mitra yang mendapat pesanan dari konsumen palsu. Keempat, otomatisasi order.

Berdasarkan informasi yang diterimanya, perseteruan antara Uber dan Didi Chuxing di Tiongkok juga diwarnai aksi curang pengemudi. Hal itu merugikan mitra dan perusahaan setara 30-40% dari total transaksi Uber. Alhasil, Uber mundur dari pasar Tiongkok karena tak mampu mengatasi kecurangan tersebut.

(Baca juga: Valuasi Go-Jek Dekati Grab yang Telah Beroperasi di 8 Negara)

Ada beberapa modus order fiktif yang digunakan oleh pengemudi curang. Di antaranya, pengemudi membuat order fiktif untuk aplikasinya sendiri. Dengan begitu, ia seolah bekerja menyelesaikan order tersebut tanpa beranjak ke mana pun dan honor atau subsidi dari perusahaan akan masuk kantongnya.

Selain itu, pengemudi curang bisa juga memasang order fiktif untuk menyingkirkan rekannya dari lokasi tertentu dan mengurangi persaingan. Modus lain adalah memasang fake GPS pada lokasi strategis, seperti di pusat perbelanjaan yang banyak penumpang, namun sebenarnya ia tak berada di sana.

Sebelumnya, survei Insitute for Development of Economics and Finance (INDEF) menunjukkan bahwa modus kecurangan order fiktif memang jamak terjadi di antara para mitra pengemudi transportasi online. Bahkan, 81,4% pengemudi taksi dan ojek online mengaku pernah menjadi korban order fiktif.

Di antara mereka, sebanyak 38,4% dapat sebanyak dua sampai tiga kali sepekan. Ironisnya, pelaku order palsu ini adalah rekan mereka sendiri. "Sebanyak 54% dari mereka yang (mengaku) tahu, menyampaikan kalau temannya melakukan order fiktif untuk mengejar insentif," kata Direktur Program INDEF Berly Martawardaya.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati