Cerita Rudiantara Soal Sulitnya Ajak Unicorn Indonesia Go Public

Arief Kamaludin|Katadata
Penulis: Desy Setyowati
Editor: Pingit Aria
28/2/2018, 20.22 WIB

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara terus berupaya mengajak Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak untuk melantai di bursa saham. Ia tak ingin empat unicorn Indonesia itu melantai di luar negeri.

Rudiantara bahkan mengikutsertakan keempat perusahaan digital dengan valuasi di atas US$ 1 miliar itu untuk berdiskusi dengan pemangku kepentingan lain seperti Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dalam diskusi tersebut, kata dia, pemerintah mencoba untuk memahami kesulitan start-up menjadi perusahaan terbuka atau emiten. 

Di antara masalah itu adalah permodalan, kapitalisasi pasar, hingga kewajiban membuat proyeksi atau analisa bisnis selama dua tahun ke depan sebagai syarat Initial Public Offering (IPO). “Tetapi (pemerintah) enggak bisa ubah (aturan) cepat-cepat. BEI dan OJK kan hatinya sebelah untuk investor publik juga,” kata Rudiantara dalam diskusi Start-Up #GoPublic di BEI, Jakarta, Rabu (28/2).

(Baca juga: Terima Investasi dari Google hingga Astra, Kapan Go-Jek IPO?)

Selain itu, ia juga menyampaikan kemungkinan investor berbentuk private equity ataupun venture capital akan keluar dari start-up saat perusahaan itu go public. Apalagi, dengan masuknya pemodal lokal melalui IPO di BEI, porsi kepemilikan investor asing akan terdelusi.

“Kalau sudah IPO, investornya bukan lagi private equity atau yang berani berspekulasi, tetapi yang betul-betul terukur,” kata dia.

Adapun private equity merupakan bentuk kerja sama untuk berinvestasi secara kolektif. Umumnya, pihak-pihak yang ikut serta dalam skema ini, bekerja sama secara terbatas dan berjangka selama beberapa tahun. Go-Jek, menjadi salah satu start-up yang mendapat sokongan dana melalui skema private equity round oleh dari Google, Temasek, Astra, Djarum dan beberapa firma investasi lainnya.

(Baca juga: Setelah Astra, Giliran Djarum Umumkan Investasi ke Go-Jek)

Pada kesempatan itu, Presiden Direktur PT Kresna Sekuritas Octavianus Budiyanto mengatakan, ada dua  start-up dari afiliasinya yang akan go public. Karena menggunakan laporan keuangan Januari, maka kedua start-up itu kemungkinan akan IPO pada Juli atau Agustus 2018.

Sebelumnya, Kresna sudah mengantarkan PT M cash Integrasi Tbk (MCAS) untuk go public pada November 2017. Tanpa menyebut nama, Octavianus memberi bocoran bahwa dua perusahaan yang akan menyusul MCAS juga  bergerak di sektor Payment Point Online Bank (PPOB). “Start-up yang jual voucher dan sejenis itu,” ujar dia.

(Baca juga: BEI Siapkan Aturan Permudah Start-Up Go-Public Tahun Ini)

Reporter: Desy Setyowati